Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... FOOTBALL ENTHUSIASTS

Just Persistence

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kita Mengagumi Arunika yang Sama, Please Be Quiet

3 Agustus 2025   09:02 Diperbarui: 3 Agustus 2025   09:02 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen seorang anak menikmati arunika atau matahari terbit. Sumber : dokpri Greg Satria

Kompasiana - Pukul 5 pagi WITA di perairan Bali, saya dan kedua anak saya menaiki tangga terakhir untuk berada di dek Kapal Dharma Rucitra VIII. Sudah banyak orang berada di sana, dari latar belakang berbeda. Ada sekelompok suster, ada dua sejoli, ada beberapa sopir ekspedisi, ada nenek-nenek gaul dengan kamera siap di tangan. Kami semua ingin menikmati panorama yang sama, arunika.

Ini bukan hanya momentum magis di atas kapal, ini adalah sebuah refleksi dari kehidupan di Indonesia.

Tanpa perlu diperintah, tanpa perlu dikode, puluhan orang yang ada di dek kapal dengan jalur lari melingkar ini tahu benar apa yang akan kami nikmati. 

Arunika atau matahari terbit akhirnya mulai jelas sekitar pukul 5.50 WITA. 

Keheningan tercipta, kami semua hanya melakukan dua hal: mengabadikan foto atau memandang dengan lekat ke ufuk timur. Sebuah momen kesakralan akan indahnya karya Sang Pencipta, kami nikmati bersama dalam diam.

Lalu apa relevansinya dengan Indonesia? 

Coba bayangkan jika momen menikmati arunika itu dijejali suara berisik manusia yang menjelaskan ke kita apa itu arunika, apa saja warna yang terkandung dalam warna sang matahari, atau bahkan menjelaskan kapan lagi arunika akan ada kembali. 

Semuanya tidak perlu. Kebisingan itulah yang kini kerap terjadi di negara Indonesia. 

Secara manusiawi kita sudah tahu hal mendasar baik dan buruk, mana yang bersih dan kotor. 

Tidak perlu dijelaskan apa itu manfaat makanan bergizi gratis, atau bahkan membodoh-bodohkan orang yang gemar nge-gym. Mereka terlalu berisik dan hanya perlu diam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun