Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Belajar "Memanusiakan" Pemain Seperti Daniele De Rossi

18 Maret 2024   15:15 Diperbarui: 19 Maret 2024   12:45 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemain AS Roma berselebrasi seusai menang adu penalti melawan Feyenoord di playoff UEL (22/2/24). Sumber : (ALBERTO PIZZOLI/AFP) via kompas.com 

Langkah berani yang diambil manajemen AS Roma memecat Jose Mourinho (16/1/2024) sepertinya mulai menemukan hilal nya. Sempat diprotes oleh suporternya di kamp latihan, Giallorossi (mungkin) berhasil menemukan sosok yang dicari selama ini untuk naikkan prestasi mereka. Tak jauh-jauh, orangnya adalah mantan kapten mereka sendiri, Daniele De Rossi.

Tiga belas laga telah dilalui AS Roma bersama De Rossi sejauh ini, dan hasilnya sangat luar biasa. Serigala Roma seakan menemukan kesaktian baru dengan mencetak sembilan kemenangan, dua kali seri dan dua kali kalah.

Kekalahan hanya mereka derita melawan calon kuat Scudetto Inter Milan dengan skor 2-4 (10/2/2024), serta di leg kedua babak 16 besar UEFA European League (UEL) melawan Brighton dengan kedudukan 0-1 (14/3/2024). 

Kekalahan melawan Inter Milan masih bisa dianggap wajar, karena La Beneamata musim ini memang begitu perkasa di Serie A. AS Roma sendiri berhasil ungguli mereka 2-1 di babak pertama, sebelum di comeback oleh gol Marcus Thuram, gol bunuh diri Angelino dan aksi Alessandro Bastoni di penghujung laga.

Sedangkan kekalahan 0-1 melawan Bighton didapatkan setelah mereka menang 4-0 di leg pertama. Maka pada leg kedua ini De Rossi cenderung berinisiatif meredam agresivitas pasukan Roberto De Zerbi.


Dalam laga teraktual, Romelu Lukaku dkk bisa meredam Sassuolo 1-0 di Olimpico, Senin(18/3/2024) dini hari WIB. Kapten Lorenzo Pellegrini yang menjadi pembeda dengan tembakan dari luar kotak penalti di babak kedua.

Kemenangan itu mengantarkan AS Roma merangsek ke posisi 5 klasemen sementara, dengan berjarak 3 poin dari Bologna yang tepat berada di atasnya.

Selain itu, usai menyingkirkan Brighton di babak 16 besar, Giallorossi sudah terundi melawan sesama tim Italia AC Milan pada perempatfinal UEL. Laga dijadwalkan akan dimainkan tanggal 12 April di San Siro dan 19 April di Olimpico Stadium.

Lalu ramuan apa yang berhasil dibuat Daniele De Rossi untuk membuat AS Roma sesakti ini?

Setidaknya ada tiga hal yang menjadi rahasianya. Mari kita bahas satu-per-satu.

Sosok Daniele de Rossi, mantan kapten AS Roma yang ditunjuk menukangi tim tersebut hingga akhir musim. Sumber : AFP/FILIPPO MONTEFORTE via kompas.com
Sosok Daniele de Rossi, mantan kapten AS Roma yang ditunjuk menukangi tim tersebut hingga akhir musim. Sumber : AFP/FILIPPO MONTEFORTE via kompas.com

Merubah Formasi dari Tiga Bek Menjadi Empat Bek

Ketika menangani AS Roma, Jose Mourinho banyak menerapkan strategi yang sebenarnya baru baginya di dunia kepelatihan, yakni 3-4-2-1. Baik ketika menangani FC Porto, Chelsea, Inter Milan, Real Madrid, Manchester United maupun Spurs, Mou sebenarnya secara konstan menggunakan pakem 4-3-3.  

Perubahan yang dilakukan Mou di AS Roma ini mungkin ada dua penyebabnya. Pertama, karena kesuksesan 3-4-2-1 yang digunakan Thomas Tuchel dan Pep Guardiola (modifikasi taktik 4-2-3-1 dengan inverted winger) berhasil meraih trofi UEFA Champions League dalam 3 tahun terakhir. Ingat, Jose Mourinho bukanlah pelatih yang sungkan untuk belajar!

Alasan kedua adalah karena Mourinho kurang percaya diri terhadap pertahanan AS Roma saat itu. Dengan meletakkan tiga bek, gawang yang dijaga Rui Patricio menjadi lebih banyak "tembok" di depannya. Sudah bisa ditebak, dengan menambah pemain di belakang yang notabene bukan ball playing defender, penyerangan AS Roma era Mourinho menjadi tumpul.

Para pemain pun diakui oleh Daniele De Rossi, kurang menyukai formasi Jose Mourinho tersebut. Hal ini disampaikannya usai laga imbang 2-2 melawan Fiorentina (10/3/2024).
"Setiap kali saya melihat tim berlari tanpa tujuan, saya mencoba untuk mengembalikan mereka ke sistem yang telah mereka gunakan selama bertahun-tahun untuk mereka merasa nyaman (tiga bek). Saya ingat mereka sangat sulit dibobol ketika bermain dengan lima pemain belakang. Namun, mungkin mereka menolak sistem itu sekarang, seperti tubuh dengan organ baru," ujar De Rossi soal pakem tiga bek yang ditolak mentah-mentah pemain AS Roma saat bersua La Viola, dikutip dari kompas.com.

Bisa dilihat disini bahwa De Rossi cukup terbuka terhadap keputusan di lapangan bersama para pemainnya. Romanisti tentu akan selalu berharap formasi empat bek dari De Rossi memberikan tuah untuk berprestasi di akhir musim.

Pemain yang kembali menonjol usai perubahan formasi ini adalah bek kiri Timnas Italia, Leonardo Spinazzola. Pemain yang terpinggirkan oleh Nicola Zalewski di era Mourinho kembali bisa membuktikan kapasitasnya, terutama kemahirannya dalam menyerang.

Stok pemain bertahan yang dimiliki De Rossi pun menjadi melimpah karena sebelumnya Gialorossi menggunakan tiga bek. Selain Gianluca Mancini dan Diego Llorente yang kerap jadi pilihan utama, masih ada Chris Smalling, Evan Ndicka dan Dean Huijsen yang siap menjadi pelapis.

Tugas berikutnya De Rossi dengan pakem baru 4-3-3 ini, ialah bagaimana memberi kesempatan pada masing-masing pemainnya. Dengan masih menjalani dua turnamen tersisa (Serie A dan UEL), masih banyak laga yang bisa digunakan pemain cadangan Giallorossi untuk buktikan kepasitasnya.

Momen De Rossi memeluk Evan Ndicka seusai pertandingan. sumber : www.asroma.com
Momen De Rossi memeluk Evan Ndicka seusai pertandingan. sumber : www.asroma.com

"Memanusiakan" Pemain Adalah Kunci

Dengan track-record melatih yang kurang mentereng sebelum menerima tawaran menjadi manajer interim AS Roma, Daniele De Rossi pasti akan menghadapi sikap skeptis dari para pemainnya bila terlalu membahas strategi di lapangan.

Maklum saja, De Rossi hanya berpengalaman menjadi asisten pelatih Italia di era Roberto Mancini, dan hanya menukangi tim Serie B SPAL dalam kurun waktu empat bulan pada pergantian tahun 2023. Jadi, De Rossi menganggur selama setahun sebelum mendapatkan tawaran "gila" dari manajemen AS Roma!

Maka dari itu ia menggunakan pendekatan personal untuk bisa mengembalikan performa para pemainnya. Berikut pernyataannya usai AS Roma mengandaskan AC Monza 4-1 pada 3 Maret 2024 lalu.
"Ini tim yang sudah bersatu sebelumnya, saya tak melakukan apapun dalam aspek ini (strategi). Kalau tidak solid, kita tidak akan sampai final di dua kompetisi Eropa beruntun,"

"Saya mencoba jujur dengan para pemain, memperlakukan mereka sebagai manusia pertama-tama dan baru kemudian sebagai pemain, serta bersikap jelas kalau saya melihat sesuatu yang tak saya suka. Pastinya saya punya keuntungan karena saya sebelumnya sudah mengenal beberapa di antaranya dan pernah jadi rekan setim, jadi mereka santai dengan saya," ucapnya dikutip dari detik.com.

Pengalaman sebagai kapten AS Roma di masa lalu juga memudahkan kinerjanya hingga saat ini. De Rossi terlihat begitu mengayomi para pemain, dengan "mengobral" pelukan di berbagai kesempatan.

Bahkan Romelu Lukaku, Paulo Dybala dan yang terbaru adalah Lorenzo Pellegrini, rela berlari dan memeluk dirinya kala melakukan seleberasi atas gol mereka! Terlihat jelas seperti apa arti hadir De Rossi bagi skuad Giallorossi musim ini.

Sedikit membahas mengenai Mourinho, sebenarnya ia tidak dibenci secara personal oleh pemain dan fans AS Roma. Mengutip tulisan di pembahasan sebelumnya, hanya masalah taktik saja yang kurang disetujui oleh para pemain (dengan tiga bek), dan Mou memilih keukeuh mempertahankan gagasannya.

Perlu diketahui, skuad AS Roma sekarang ini tidaklah selemah yang pernah dikatakan Mourinho. Mereka memiliki armada yang mumpuni untuk bersaing di papan atas Serie A.

Salah satu indikatornya, adalah banyak pemain bermental leader yang ada di dalam tim. Selain kapten Lorenzo Pellegrini, ada Gianluca Mancini sang vice-captain yang sebelumnya pernah mengapteni Atalanta. Romelu Lukaku juga menjadi kapten Timnas Belgia, dan Paulo Dybala adalah wakil-kapten Juventus sebelum meninggalkannya di musim lalu.

Houssem Aouar adalah kapten Lyon sebelum hijrah ke AS Roma, sedangkan Leandro Paredes sang juara dunia, tentu memiliki mental pemimpin yang baik usai melanglang buana ke PSG dan Juventus.

Dengan banyaknya pemain "leader" di dalam tim, akan lebih memudahkan pelatih mengendalikan perihal komunikasi. Just intermezzo, inilah yang membuat Liverpool begitu kuat karena ada banyak kapten Timnas yang dikoleksi Jurgen Klopp. 

Penjaga gawang AS Roma, Mile Svilar. Sumber : www.tribunnews.com
Penjaga gawang AS Roma, Mile Svilar. Sumber : www.tribunnews.com

Memilih Mile Svilar Sebagai Kiper Utama

Perubahan jabatan kiper utama di era De Rossi sebenarnya tidak terjadi secara ujug-ujug. Rui Patricio tetaplah menjadi kiper utama AS Roma hingga kekalahan perdana De Rossi 2-4 dari Inter Milan. Seusai laga itu, De Rossi belum terpikir untuk mengganti posisi kiper utama pada Mile Svilar, karena laga setelahnya adalah melawan Feyenoord di UEL.

Laga turnamen, baik Coppa Italia maupun UEL, selalu menjadikan Svilar sebagai kiper utama tim AS Roma sejak awal musim. Ini adalah kesepakatan di antara pemain, bahkan dengan Jose Mourinho pula selaku manajer sebelumnya.

Ternyata performa Mile Svilar sangat apik kala menahan imbang Feyenoord 1-1 di Rotterdam (15/2/2024). Ia pun dihadiahi kado menjadi kiper utama setelahnya oleh De Rossi, juga di laga-laga Serie A!

Rui Patricio pun harus tergeser oleh pemuda Belgia ini, merelakan status kiper utama berpindah tangan kepada Mile Svilar.

Penampilan heroik yang diingat dari Mile Svilar sejauh ini bagi AS Roma adalah ketika memenangkan adu penalti saat bersua Feyenoord di leg kedua playoff UEL. Aksi gemilangnya mampu menggagalkan dua penembak Feyenoord untuk antar AS Roma lolos babak 16 besar.

Kemampuan menghadang penaltinya juga kembali terbukti kala gagalkan upaya kapten Fiorentina Christian Biraghi di menit akhir, yang bisa saja memenangkan Fiorentina karena saat itu mereka sudah unggul 2-1 hingga menit 80'. Aksi heroik Svilar memantik semangat rekan setimnya, dan Diego Llorente akhirnya bisa samakan kedudukan di akhir pertandingan.

Pada akhirnya patut digarisbawahi bahwa penunjukan Mile Svilar ini bukan karena Daniele De Rossi adalah pengagum talenta muda! Ia tetap mempercayakan pemain-pemain berpengalaman sebagai starter utamanya. Ada nama-nama seperti Eduardo Bove, Nicola Zalewski dan Dean Huijsen yang sempat menjadi kepercayaan Mourinho harus sering berada di bench.

Alasannya jelas, karena De Rossi hanya mempunyai tanggung jawab terhadap AS Roma sebagai pelatih interim hingga akhir musim! Ia hanya berpikir pragmatis bagaimana memperoleh hasil baik bagi timnya, dengan mengesampingkan potensi perkembangan seluruh pemainnya.

Beda halnya nih, kalau saja ia tiba-tiba diangkat menjadi Manajer Utama.. seperti Ole Gunnar Solskjaer. 

Apakah bisa De Rossi mengemban tanggung jawab itu? Atau ia hanya sakti saat menjadi manajer interim sama seperti Ole? Mari kita saksikan bagaimana AS Roma menutup musim ini bersama Daniele De Rossi.

Salam Olahraga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun