Mohon tunggu...
Gregorius Aditya
Gregorius Aditya Mohon Tunggu... Konsultan - Brand Agency Owner

Seorang pebisnis di bidang konsultan bisnis dan pemilik studio Branding bernama Vajramaya Studio di Surabaya serta Mahasiswa S2 jurusan Technomarketing Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Saat ini aktif mengembangkan beberapa IP untuk bidang animasi dan fashion. Penghobi traveling dan fotografi Landscape

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Brand Story: Seni Berpromosi Lewat Cerita

20 April 2024   06:05 Diperbarui: 20 April 2024   18:12 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dunia industri yang seringkali dipenuhi oleh iklan yang bertebaran dimana-mana, sebuah brand akan terus-menerus berupaya untuk mendapatkan perhatian kita.

Beberapa brand langsung mengetengahkan hard selling dimana mereka akan langsung menunjukkan bahwa mereka menjual produk serta menawarkan pada kita.

Kadang apa yang mereka tunjukkan serta cara mereka berpromosi dapat terasa "bising, "kasar", atau bahkan "memaksa" dalam perspektif kita dimana kita langsung disodori sebuah produk dan sales-nya langsung meminta kita membeli produk tersebut.

Dari perspektif seorang pebisnis, seringkali cara semacam ini dianggap sah-sah saja  selama produk terjual, namun dari sisi konsumen, cara semacam ini kadang membuat tidak nyaman.

Ilustrasi tentang brand story. Sumber: blog.hubspot.com
Ilustrasi tentang brand story. Sumber: blog.hubspot.com


Sebenarnya, adakah cara untuk mengatasi "kebisingan" semacam ini dan tetap menjalin hubungan yang lebih dalam dengan audiens kita?

Dalam hal ini, kita dari sisi bisnis sebenarnya dapat belajar mengenai Brand Story (penceritaan brand), alat pemasaran canggih yang memanfaatkan keajaiban dari narasi untuk mempromosikan brand kita.

Mengapa penceritaan atau narasi dapat digunakan sebagai alat berpromosi?

Pada dasarnya, manusia sendiri seakan telah terprogram untuk bercerita satu sama lain. Adanya cerita-cerita tentunya akan membawa kita untuk membangkitkan emosi, dan membuat suatu informasi lebih relevan.

Bagaimana kita berkisah tentang cerita dari brand tentunya dalam hal ini memanfaatkan keinginan bawaan manusia ini dengan merangkai narasi seputar nilai inti, misi, dan tujuan dari brand kita.

Brand story ini bukan hanya tentang menjual produk melainkan ini tentang melukiskan gambaran pengalaman, perasaan, dan transformasi yang dapat dihasilkan oleh brand kita.

Kita dapat melihat contohnya seperti dalam kampanye Nike yang terkenal dengan “Just Do It”. Itu adalah contoh utama penyampaian cerita dari brand.

Jika kita amati, ini lebih dari sekedar menjual pakaian atletik. Ini adalah seruan pada audiens untuk bertindak, menginspirasi orang untuk melampaui batas mereka dan mencapai tujuan mereka.

Kisah mereka ini oleh karenanya sering kali menampilkan para atlet yang mengatasi tantangan, menunjukkan ketekunan dan dedikasi yang diwujudkan oleh brand tersebut.

Ilustrasi kegiatan penyusunan brand story. Sumber: forbes.com
Ilustrasi kegiatan penyusunan brand story. Sumber: forbes.com

Kita pun dapat melihat contoh lain dari bagaimana kekuatan narasi ini dari kampanye "Real Beauty" milik Dove. Ini adalah contoh kuat dari penceritaan brand yang menangani isu-isu sosial. Ini menantang standar kecantikan yang tidak realistis dan merayakan keindahan keberagaman.

Narasi semacam ini pada akhirnya diterima oleh khalayak luas dan memposisikan Dove sebagai brand yang memberdayakan perempuan untuk merasa percaya diri dengan diri mereka sendiri.

Mengingat contoh-contoh di atas yang terdiri dari perusahaan besar, tentu bagi kita terdapat satu pertanyaan menggelitik yang bisa kita tanyakan, "apakah brand story ini selalu hanya berlaku di produk-produk mahal atau brand-brand besar saja? Bagaimana dengan brand-brand kecil yang masih berjuang untuk perputaran cashflow?"

Pada dasarnya, dengan hanya berfokus pada penjualan kisah dari brand kita tentu itu bisa menjadi bumerang. Di sisi lain, kita dapat menjalin perjuangan finansial kita ke dalam narasi ketahanan dan tekad yang kita berikan. Hal ini dapat membuat cerita kita lebih relevan dan menginspirasi target audiens kita.

Ilustrasi tentang penyusunan brand. Sumber: weignitegrowth.com
Ilustrasi tentang penyusunan brand. Sumber: weignitegrowth.com

Seorang pemilik toko roti dapat berbagi kisah tentang cara mengatasi tantangan dalam mendapatkan bahan-bahan lokal atau perjalanan mereka dalam menyempurnakan resep keluarga.

Kisah-kisah ini menunjukkan semangat dan dedikasi di balik brand tersebut, sehingga membuat pelanggan lebih berpotensi untuk berinvestasi dalam kesuksesan mereka.

Pengisahan cerita brand bukan tentang menggambarkan citra yang sempurna, melainkan ini tentang keaslian dan komitmen untuk berkoneksi dengan pelanggan. Sebaliknya, tentu ini bukan pula fokusnya tentang kita mengeluh atas bisnis kita.

Dengan membagikan kisah asli kita, bahkan perjuangannya, kita dapat membangun para pengikut setia dan menciptakan bisnis kecil yang berkembang. 

Cerita ini dapat kita lihat misalkan dari lahirnya brand Patagonia yang memulai debut sebagai peralatan outdoor ramah lingkungan.

Mereka memulai usahanya dengan didirikan oleh seorang pendaki yang melihat kebutuhan akan perlengkapan outdoor yang lebih baik namun di sisi lain memberikan kisah dimana Patagonia berkisar pada aktivisme lingkungan, eksplorasi, dan mendobrak batasan terhadap pencemaran lingkungan yang terjadi. 

Fokus mereka pada keberlanjutan dan tanggung jawab sosial sejak kecil ini sejalan dengan basis pelanggan yang semakin bertambah.

Ilustrasi kegiatan penyusunan brand story. Sumber: forbes.com
Ilustrasi kegiatan penyusunan brand story. Sumber: forbes.com

Pengisahan cerita brand yang efektif tidak hanya mencakup perusahaan itu sendiri. Ini termasuk pula memposisikan pelanggan sebagai "pahlawan" dalam perjalanan hidup mereka sendiri.

Sebuah perusahaan sepatu, misalnya, mungkin menceritakan kisah tentang seorang wanita muda yang mengatasi keraguan dirinya untuk berlatih maraton.

Narasi semacam ini memanfaatkan aspirasi penonton dengan caranya sendiri, membuat mereka melihat sepatu merek tersebut sebagai alat untuk meraih kemenangan pribadi.

Keindahan penceritaan brand pada dasarnya justru terletak pada keserbagunaannya. Ini dapat meliputi ke dalam segala hal mulai dari postingan media sosial dan konten situs web hingga iklan video dan testimoni pelanggan.

Keaslian atau originalitas adalah kuncinya, dimana penonton, sebagaimana kita jelaskan di atas, dapat sangat mengendus narasi-narasi yang dipaksakan atau kasar.

Dalam hal ini, kita bisa berfokus untuk membagikan kisah asli, perjuangan, dan kemenangan brand kita. Transparansi ini membangun kepercayaan dan menumbuhkan rasa kebersamaan di sekitar brand kita.

Di dalam pasar yang ramai saat ini, penceritaan brand bukanlah suatu kemewahan. Ini sudah menjadi seperti suatu keharusan.

Dengan memikat hati dan pikiran audiens dengan narasi yang menarik, sebuah brand dapat menjalin hubungan yang lebih langgeng dengan audiensnya, yang pada akhirnya mengubah mereka dari pengamat biasa menjadi pendukung setia dari brand.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun