Meskipun terdapat manfaat-manfaat yang tidak terbantahkan bagi perusahaan, mencapai otomatisasi penuh bagaimanapun masih merupakan impian yang amat jauh dari kenyataan. Mengapa?Â
Sederhananya, dalam prakteknya, sebuah perusahaan se-otomatis apapun tentunya akan masih membutukan tugas-tugas manusia seperti pengambilan keputusan yang kompleks, tugas-tugas bisnis yang membutuhkan kreativitas, kemampuan untuk beradaptasi sesuai keadaan, serta situasi-situasi yang tak terduga masih sangat bergantung pada keahlian manusia.Â
Selain itu, adanya pertimbangan etika dan moral seputar pekerjaan, bias dari algoritma yang ditimbulkan, dan potensi penyalahgunaan AI dapat menimbulkan tantangan yang signifikan. Singkatnya, sentuhan manusia yang jauh lebih bisa bijak dari AI tercanggih akan selalu dibutuhkan.
Daripada membayangkan masa depan di mana manusia akan digantikan sepenuhnya, sebenarnya skenario yang lebih realistis dan berpotensi untuk lebih menguntungkan adalah melibatkan kerja sama antara manusia dan AI.Â
AI beserta teknologi yang canggih dapat sangat diandalkan dalam menangani tugas-tugas rutin, analisis data, dan proses-proses yang berulang (repetitif), sehingga pada akhirnya mampu memberikan waktu dan sumber daya manusia untuk pemikiran yang lebih strategis, inovatif, dan membuka pada interaksi sosial perusahaan dengan sekitarnya yang hanya dapat dicapai dengan kehadiran manusia.
Lantas, bagaimana mewujudkan kolaborasi manusia dengan teknologi canggih ini?Â
Secara mendasar, untuk mendorong adanya kolaborasi manusia-AI yang efektif, terdapat beberapa solusi yang sangat penting untuk kita perhatikan.Â
Pertama, investasi dalam pendidikan dan pelatihan akan sangat berguna untuk membekali individu dengan keterampilan yang diperlukan untuk bekerja bersama AI secara efektif dalam perusahaan.Â
Kedua, adanya kerangka batas etika yang perlu masuk pada pengembangan dan penerapan AI sehingga dapat memastikan bahwa penggunaan teknologi canggih ini digunakan secara bertanggung jawab dan tidak memihak.Â