Di Timor Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), pohon kelapa bukan sekadar tanaman biasa. Ia adalah simbol keberlanjutan hidup, harta pusaka yang diwariskan dari orang tua kepada anak hingga cucu.Â
Tradisi ini berlangsung secara turun-temurun karena pohon kelapa memiliki peran strategis dalam kehidupan masyarakat pedesaan, baik secara ekonomi maupun budaya.
Diwariskan karena berumur panjang
Salah satu alasan utama mengapa kelapa dijadikan warisan adalah daya tahan dan umur panjangnya.Â
Pohon kelapa dapat hidup hingga 60-80 tahun dan tetap produktif dalam kurun waktu yang sangat panjang.Â
Dengan perawatan minimal, pohon ini terus menghasilkan buah yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan rumah tangga dan bahkan menjadi sumber pendapatan.
Secara ekonomi, kelapa memberikan kontribusi nyata. Buah kelapa bisa dijual dalam bentuk utuh.
Secara tradisional, buah kelapa tua juga dapat diambil minyaknya, dibuat menjadi kopra, hingga dijadikan bahan olahan seperti gula merah dan membuat arang batok.Â
Nilai tambah inilah yang membuat pohon kelapa dianggap sebagai ‘tabungan hidup’ bagi keluarga di Timor Barat. Jadi pohon penting yang diwariskan dari ayah kepada anak, bahkan cucu.
Warisan pohon kelapa juga menunjukkan adanya konsep hak milik tanah dan sumber daya dalam budaya lokal.Â
Sebidang tanah yang ditumbuhi pohon kelapa sering dianggap sebagai milik pribadi atau keluarga, meskipun belum memiliki sertifikat resmi.Â