Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Proses Kerja Wolbachia pada Nyamuk, Inovasi Baru yang Tuai Pro Kontra Warga +62

23 November 2023   09:43 Diperbarui: 23 November 2023   17:33 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti,  penyebar DBD (dok foto: Shuttterstock via kompas.com) 

"Beberapa jenis Wolbachia bisa menyebabkan sterilisasi pada nyamuk. Ini menjadi alat kontrol populasi nyamuk yang menyebarkan penyakit demam berdarah. Nyamuk Wolbachia tidak berbahaya bagi kesehatan manusia," kata Prof. dr. Adi Utarini MSc, MPH, PhD (peneliti UGM) dalam klikdokter.com. 

Saat ini, pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI sedang melakukan serangkaian uji coba program  penyebaran myamuk Wolbachia di sejumlah wilayah di Indonesia. Tujuannya adalah untuk menekan demam berdarah dengue (DBD)  yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.

Seperti yang dsampaikan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid (baca health.kompas.com,  terbitan 22 November 2023), Wolbachia diklaim sebagai suatu inovasi teknologi. 

Inovasi teknologi Wolbachia ini diluncurkan untuk menyempurnakan strategi nasional terkait pengendalian DBD semisal gerakan 3M plus yang sudah dijalankan di Indonesia.

Dokter Siti menyampaikan, implementasi Wolbachia masih bersifat pilot project. Lima kota terpilih sebagai daerah implementasi pilot project dari Kemenkes RI. Kota Bandung, Bontang, Jakarta Barat, Kupang, dan Semarang.  Kota-kota tersebut, adalah endemis demam berdarah dengue (DBD) yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti.


Implementasi pilot project menimbulkan sikap pro  dan kontra. Para dokter dan ilmuwan juga terbagi menjadi dua, pro dan kontra. Masing-masing dengan alasannya. 

Kelompok yang Pro  Program Nyamuk Wolbachia

Kelompok yang pro pertama adalah dari Kemenkes RI, sebab instansi inilah yang menginginkan program nyamuk Wolbachia diimplementasikan di Indonesia.  Instansi ini juga yang mengeluarkan regulasi terkait implementasi program kesehatan di Indonesia.

Agar memuluskan program nyamuk Wolbachia, Pemerintah melalui Kemenkes RI telah mengeluarkan regulasi tingkat Kepmen, yaitu Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1341  Tahun 2022 Tentang Penyelenggaraan Pilot Project Implementasi Wolbachia. 

dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI (dok foto: kastara.id)
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI (dok foto: kastara.id)

Kelompok lain yang pro dengan  penyebaran nyamuk Wolbachia adalah para peneliti dari kedokteran dan kesehatan masyarakat. Uji coba pelepasan nyamuk Wolbachia adalah kolaborasi antara World Mosquito Program (WMP) dari Monash University di Australia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun