Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tak Ada yang Lebih Nikmat Selain Anugerah Kesehatan

30 Desember 2022   22:20 Diperbarui: 30 Desember 2022   22:25 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berdoa agar tahun 2023 lebih baik dari tahun 2022 (dok foto: superbookindonesia.com)

Maret 2022. Tanggalnya sudah tak ingat persis, tetapi masih awal-awal bulan. Siang itu, tiba-tiba isteri saya mengeluh sakit kepala. Lalu tak lama kemudian batuk-batuk. Saya mencoba untuk membantu mengoleskan minyak nona mas di sekitar kening dan dahi. Tentunya dengan was-was karena curiga ini gejala Covid-19.

Kubujuk isteri pergi melakukan tes PCR di salah satu laboratorium swasta di bilangan Kuanino yang layanannya termasuk cepat dan terkoneksi dengan aplikasi Peduli Lindungi. Malam harinya, ketahuan isteri positif Covid-19. Sementara saya negatif.

Jadilah, kami mulai melakukan isolasi mandiri. Isteri di kamar keluarga sendirian. Anak-anak saya larang untuk memasuki kamar keluarga dan mendekati ibunya. Makan, minum dan kebutuhan obat-obatan saya sendiri yang layani.

Selang dua hari kemudian, saya ditelpon oleh Puskesmas dimana kami berdomisili. Meminta seluruh anggota keluarga untuk melakukan tes PCR. Dan setelah melakukan tes PCR, keesokan harinya kami diberitahu untuk isolasi mandiri di rumah. Semuanya diputuskan positif, meskipun tak pernah dimasukkan dalam aplikasi peduli lindungi.

Beruntunglah, ada adik yang berprofesi sebagai bidan. Dua hari, ia melayani kebutuhan keluarga kami. Pada hari kedua, saya pun pergi tes PCR di lab swasta. Dan syukurlah, hasilnya negatif. Pad hari keempat, anak-anak dan isteri pun menjalani tes PCR dan semuanya negatif.

PCR test (dok foto: halodoc.com)
PCR test (dok foto: halodoc.com)

Berusaha Tidak Panik

Meskipun seluruh anggota keluarga terkena Covid, kami sudah tidak kaget dan panik lagi. Tak seperti awal-awal orang terkena Covid. Apalagi saya yang termasuk dalam kelompok komorbid, punya penyakit gula di atas normal.

Ketenangan, ternyata membantu anggota keluarga untuk keluar dari situasi sulit tersebut. Tentunya, tetap rutin memanjatkan doa pada Tuhan untuk melindungi dan melalukan virus ini dari rumah kami. Selain itu, berusaha untuk tidak menularkan atau ditularkan lewat interaksi yang tidak mengindahkan protokol kesehatan.

Saya pribadi, sudah terbiasa melakukan rapid test dan PCR. Di tempat kerja, kami rutin mengikuti rapid test setiap dua hari, dan PCR setiap dua minggu. Dan sudah terbiasa menghadapi kondisi ini.

Menerapkan Prokes 

Hal penting yang dapat kami lakukan dengan baik adalah menerapkan prokes secara konsisten. Anak kami yang paling kecil pun sampai trampil mencuci tangan dan menggunakan masker dengan baik dan benar. Belakangan, kegiatan mencuci tangan mulai berkurang. Diganti dengan menggunakan hand sanitizer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun