Mohon tunggu...
Viride
Viride Mohon Tunggu... Buruh - penulis

Penulis tidak dapat menulis secepat pemerintah membuat perang; karena menulis membutuhkan pemikiran. - Bertolt Brecht (Penulis dari Jerman-Australia)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta yang Kelam

16 September 2018   16:36 Diperbarui: 19 September 2018   09:47 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (foto:pixabay.com)

Aku gelisah dan makin berontak. Komat kamit doa dalam hati berteriak, memohon agar Tuhan bisa menolong dari keadaan yang kuharap hanya mimpi.

"Karena semua laki-laki itu pembohong. Mereka meninggalkanku setelah menghabiskan waktu bersenang-senang. Sama sepertimu, memutuskanku lalu lari menghilang seperti pencuri sialan."

Tepat saat Audi berdiri di depanku, tali-tali itu longgar. Bersyukur, Tuhan mengabulkan doa, menginginkan agar makhluk ciptaan-NYA ini tetap hidup. Aku pun mengambil waktu yang tepat untuk bisa melumpuhkan gadis itu.

"Kau berbeda Panji Argani. Setiap laki-laki yang mencintaiku akan dilukis sebelum dihabisi, tapi tidak denganmu," katanya sambil menunjuk menggunakan ujung pisau tepat di depan wajahku.

"Aku akan membunuh lalu akan melukis wajahmu ...." Audi lalu memain-mainkan ujung pisau yang masih lurus menudingku.
Ketika ia menurunkan benda tajam itu, aku berusaha berdiri dan langsung mendorong Audi ke depan dengan sekuat tenaga hingga tubuhnya menghantam meja.

Kami sama-sama tergeletak di lantai, sekilas suaranya meringis kesakitan. Ketika moment itu terjadi, aku langsung mengambil tindakan cepat. Ikatan yang telah longgar akhirnya mampu membuatku melepaskan diri. Tuhan memang benar-benar menjadi penolong.

Sewaktu berlari ke arah ruang depan, kaki ini seakan melayang di udara. saat kunci telah membuka pintu, aku melesat keluat tanpa menoleh sedikit pun. Kupanggil taksi dan dengan cepat meminta sopir untuk membawaku ke kantor polisi.

Beberapa jam kemudian, Audi langsung di tangkap. Dari laporan polisi diketahui kalau gadis itu memiliki gangguan jiwa. Di ruang tunggu kantor polisi, salah satu petugas menemaniku sambil memberikan segelas air mineral.

"Dia jadi gila setelah laki-laki yang dicintainya kabur begitu saja. Bahkan membawa semua uang tabungannya," ucapnya memulai cerita. "Padahal saat itu dia sedang hamil, tapi si laki-laki tidak mau bertanggung jawab. Naas saat berusaha mencari laki-laki itu, dia mengalami kecelakaan. Sayang sekali bayinya tidak selamat."

Aku hanya mendekap tubuh mendengar penjelasan itu. Sebentar melirik tangannya menyalakan korek gas dan menyulut api di ujung rokok pada mulutnya. Disela-sela cerita, si polisi memberitahukan kalau ia adalah tetangga Audi yang telah lama mengenal mantan kekasihku itu.

"Audi tidak pernah membunuh. Dua tahun lalu gadis malang itu memang berusaha melukai beberapa laki-laki yang dekat dengannya, tapi tidak berhasil. Itu terjadi setelah setahun Audi keluar dari rumah sakit jiwa. Kukira dia sudah sembuh, tapi ternyata ...." Si polisi menarik napas dan mengepulkan asap rokok dari mulut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun