Mohon tunggu...
Agung Setiyo Wibowo
Agung Setiyo Wibowo Mohon Tunggu... Advocating Creator

Bantu orang lejitkan potensi terbaik dari dalam dirinya

Selanjutnya

Tutup

Book

Ulasan Buku Managing Oneself Karya Peter Drucker

23 Maret 2025   07:12 Diperbarui: 23 Maret 2025   07:12 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Gue kayaknya ga ngerti deh, kenapa hidup gue gini-gini aja?"
"Iya nih, gue udah kerja keras, tapi kok tetep stuck ya?"
"Jadi diri sendiri itu penting, tapi gimana caranya?"

Mungkin kamu pernah berpikir seperti ini, atau malah sering. Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh tantangan, kadang kita butuh waktu untuk berhenti sejenak dan berpikir: Apakah saya sudah memanfaatkan potensi diri dengan baik?

Nah, kalau pertanyaan-pertanyaan semacam ini muncul dalam pikiran kamu, buku Managing Oneself karya Peter Drucker bisa jadi jawabannya. Buku kecil yang simpel, tapi isinya dalam banget. Bahkan buat kamu yang masih mahasiswa, pekerja kantoran, pengusaha muda, atau konsultan, prinsip-prinsip dalam buku ini bisa banget diterapkan.

Tapi, apa sih yang bisa dipelajari dari buku ini? Yuk, kita bahas satu per satu.

1. Kenali Kekuatan dan Kelemahan Diri Sendiri
Drucker mengingatkan kita untuk mengenal diri kita lebih dalam---baik kekuatan maupun kelemahan kita. Gimana bisa sukses kalau kita nggak tahu apa yang kita bisa dan nggak bisa? Misalnya, seorang pengusaha bisa jadi ahli dalam mengelola produk, tapi kalau nggak paham soal keuangan, ya nggak akan maksimal. Begitu juga dengan karyawan atau mahasiswa, jangan hanya fokus pada satu aspek yang kita kuasai, tapi lihat juga area-area yang perlu diperbaiki.

Riset menunjukkan bahwa orang-orang yang sukses biasanya memiliki self-awareness yang tinggi, atau kemampuan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan mereka (Harvard Business Review, 2017). Salah satu contohnya, ada studi dari Gallup yang mengungkapkan bahwa 2 dari 3 pekerja tidak tahu kekuatan utama mereka. Ini bukan cuma masalah individu, tapi juga masalah organisasi.

Contoh Studi Kasus: Misalnya, kamu seorang karyawan di startup, dan kamu tahu kamu jago banget bikin ide baru. Tapi ketika tiba waktunya untuk eksekusi, kamu malah nggak fokus dan sering terganggu. Kalau kamu nggak mengenali kelemahan ini---misalnya, kurang disiplin dalam jadwal---maka itu akan menghambat kemajuan kamu.

2. Fokus pada Gaya Belajar dan Bekerja yang Sesuai
Drucker juga mengajarkan kita untuk tahu gaya belajar dan bekerja kita sendiri. Setiap orang itu unik. Ada yang lebih produktif di pagi hari, ada juga yang lebih kreatif di malam hari. Ada yang belajar lebih cepat lewat praktik, ada yang lebih mudah lewat teori.

Untuk para mahasiswa, ini penting banget. Jangan paksakan diri kamu untuk belajar dengan cara yang nggak sesuai dengan cara belajar kamu. Misalnya, kalau kamu lebih paham lewat diskusi, kenapa nggak coba bikin kelompok belajar?

Studi dari The Learning Pyramid menunjukkan bahwa pembelajaran aktif seperti diskusi, ajar mengajar, dan praktik langsung bisa meningkatkan retensi informasi hingga 75%. Sedangkan, cara pasif seperti mendengarkan kuliah hanya meningkatkan pemahaman sekitar 5%.

Best Practice: Penting juga untuk mengetahui kapan waktu terbaik untuk bekerja. Misalnya, kalau kamu merasa lebih kreatif pas pagi hari, manfaatkan waktu itu untuk tugas-tugas yang membutuhkan ide brilian, sementara di sore hari, fokus pada pekerjaan yang lebih rutin.

3. Mengatur Waktu dan Prioritas
Waktu itu nggak bisa dibeli, tapi bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya. Drucker menekankan pentingnya manajemen waktu yang efektif. Buat kamu yang merasa selalu kehabisan waktu untuk melakukan hal-hal yang penting, ini saatnya untuk mengubah cara kamu melihat waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun