Mohon tunggu...
Grace Bernardine
Grace Bernardine Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Indonesia

Menikmati perjalanan, menjelajahi bahasa, dan mendalami budaya di setiap tempat yang dikunjungi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Strategi Pengelolaan Risiko untuk Mencegah Overtourism di Bali: Menjaga Keberlanjutan Destinasi Wisata

2 April 2025   12:30 Diperbarui: 2 April 2025   17:55 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bali, "Pulau Dewata", telah lama menjadi magnet pariwisata global. Namun,
popularitasnya membawa konsekuensi serius: overtourism. Pada 2019, Bali kedatangan lebih
dari 6,3 juta wisatawan asing, belum termasuk jutaan wisatawan domestik. Lonjakan ini
mengancam keberlanjutan ekosistem, budaya, dan kualitas hidup masyarakat. Overtourism
tidak hanya memicu kerusakan lingkungan, tetapi juga mengikis nilai-nilai lokal. Artikel ini
membahas strategi manajemen risiko untuk mencegah overtourism di Bali, menjaga
keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan destinasi.

Dampak Overtourism di Bali
Overtourism di Bali telah menimbulkan sejumlah masalah kritis:
1. Lingkungan
Sampah plastik di pantai Kuta dan kerusakan terumbu karang akibat aktivitas
wisata.
2. Sosial-Budaya
Komersialisasi upacara adat dan kepadatan di kawasan Ubud yang mengganggu
ketenangan warga.
3. Infrastruktur
Kemacetan parah di Canggu dan Denpasar, serta tekanan pada sumber daya air
bersih.

Kasus penutupan sementara Pantai Padang Padang pada 2023 karena kerusakan ekosistem
menjadi bukti nyata perlunya manajemen risiko yang sistematis. 

Diperlukannya strategi pengelolaan resiko untuk mencegah Overtourism. Berikut langkah-langkah yang dapat diimplementasikan:
1. Penerapan Sistem Kuota dan Tiket Berbasis Waktu
Membatasi jumlah pengunjung di destinasi rawan seperti Pura Tanah Lot atau
Tegallalang Rice Terrace dengan sistem reservasi online.
Contoh sukses: Borobudur menerapkan kuota harian, mengurangi kepadatan
hingga 30%.
2. Pengembangan Destinasi Alternatif
Mendorong wisatawan ke wilayah kurang terjamah seperti Jembrana atau
Karangasem melalui paket wisata budaya dan ekowisata.
Pemerintah Bali bisa berkolaborasi dengan startup lokal untuk mempromosikan
destinasi ini.
3. Edukasi Wisatawan dan Kampanye Responsible Tourism
Sosialisasi etika berwisata melalui media sosial dan bandara.
Misalnya dengan melakukan kampanye-kampanye #KeepBaliClean atau
#RespectLocalCulture untuk meningkatkan kesadaran.
4. Teknologi dan Data Real-Time
Memanfaatkan aplikasi seperti Bali Smart Travel untuk memantau kepadatan
destinasi secara real-time.
Analisis data prediktif untuk mengantisipasi lonjakan wisatawan di hari libur.
5. Regulasi Ketat dan Keterlibatan Masyarakat Lokal
Memberikan insentif kepada desa adat yang mengelola daya tarik wisata secara
berkelanjutan.
Contoh: Desa Penglipuran sukses menjaga kebersihan dan budaya dengan
melibatkan warga dalam pengambilan keputusan.

Kolaborasi multistakeholder misalnya Peran Pemerintah dan Swasta sangat diperlukan dan menjadi kunci keberhasilan menjaga
Bali sebagai sebuah destinasi wisata yang berkelanjutan tanpa mengalami overtourism.
Pemerintah perlu memperkuat regulasi, seperti :
1. Larangan pembangunan hotel di zona hijau
2. Sektor swasta dapat berinovasi dengan konsep low-impact tourism, misalnya hotel
ramah lingkungan (eco-resort) yang mengurangi jejak karbon.

Mencegah overtourism di Bali bukanlah tugas mudah, tetapi bukan mustahil. Dengan
kombinasi teknologi, edukasi, dan regulasi yang humanis, Bali dapat tetap menjadi destinasi
kelas dunia tanpa mengorbankan keberlanjutannya. Sebagai wisatawan, kita juga bertanggung
jawab untuk menjadi bagian dari solusi. Mari jaga Bali agar tetap lestari untuk generasi
mendatang.

Call to Action

Bagikan artikel ini dan praktikkan responsible tourism saat berkunjung ke Bali. Jika
Anda pengelola destinasi, mulailah adopsi sistem reservasi berbasis kuota. Bersama, kita bisa
ciptakan pariwisata yang berkelanjutan!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun