Mohon tunggu...
Rasull abidin
Rasull abidin Mohon Tunggu... Auditor - Sekelumit tentang kita

hidup itu indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Aku Curiga

1 September 2018   00:44 Diperbarui: 1 September 2018   17:47 1951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Art paint by. Djoko Pekik (lsfcogito.org)

Sudah berkali aku lewati wajahmu di balik jendela
Tapi aku curiga,  
Pandanganmu seakan menelanjangiku
Entah apa yang ada di pikiranmu...
Sudah berkali engkau paksa aku memendam pertanyaan,
Seakan bedil bedil mengarah pada jidatku.

Lalu aku harus ke mana?
Di jalanan mata matamu bagai hantu...
Di lautan matamu tajam menatapku

Aku... tak berdaya,

Sungguh Aku tak berdaya!

Lemah langkahku tak bersepatu
Tapi... jejak kaki yang panjang tepat pada mulut anjingmu,
Lihat... taringnya mengkilat menembus kelam
Tajam kukumu memainkan tanah kerontang...
lalu kau kokang bedil di mulutku,
Di belakang orang orang kota mengarahkan bedil di kakiku

Para kapitalis berkacak pinggang...
Tanah... lautan... bahkan sarung ibu ibu diperas sampai getas.
Supaya tak ada lagi gemerincing air yang tersisa,
Lalu buat apa..
Orang orang desa hidup di bawah menara?
Mereka terlunta...
Bagai kelelawar, bergelantungan di dahan trembesi
Di bawahnya orang orang kota mengkokang senjata
Pasti... kelelawar kelelawar akan terkapar!


Bergelimpangan di jalanan...
Menjelma gelandangan di trotoar jalan.
Lalu buat apa...
Ibu kota di permak bak surga?
Mengubah cara pandang orang orangnya
Yang tak peduli dengan saudara sebangsanya.

Jakarta, 12 juli 2015
Rasull abidin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun