Awalnya, saat di Labuan Bajo kami berencana untuk ikut trip satu hari mengunjungi beberapa pulau yang ada di sekitar Labuan Bajo seperti Padar, Komodo, Pink Beach, dll. Namun mengingat badan ini sudah renta dan kami masih lelah karena perjalanan panjang yang sudah kami lakukan sebelumnya, niat tersebut akhirnya kami urungkan. Mudah-mudahan akan ada kesempatan lain.
Jam masih menunjukkan pukul enam pagi, tetapi di luar sudah terang. Saya pun memutuskan untuk bejalan-jalan di sepanjang jalan Soekarno Hatta sekalian berolahraga. Seperti kebiasaan yang saya lakukan selama ini, saya tidak puas hanya berjalan di sepanjang jalan tersebut. Ketika ada jalan yang lain, pasti saya coba. Hal yang sama saya lakukan di sana.Â
Mencoba melewati jalan yang berbeda dan jika tersesat, tidak perlu malu bertanya. Saya berjalan terus dan ternyata saya berjalan di sebuah jalan yang paralel dengan jalan Soekarno Hatta. Melewati sebuah gereja, saya jalan terus dan akhirnya sampai di kawasan Marina.Â
Tempat tersebut masih sepi karena memang masih pagi. Saya berjalan menyusuri tepi pelabuhan dan mengamati kapal-kapal yang bersandar dan juga lalu lalang di sana. Dari situ saya pun melanjutkan perjalanan menuju kawasan pertokoan kecil.
Saya penasaran karena ingin tahu apa yang ada di sana dan saya pun masuk ke dalam. Di kawasan tersebut ada beberapa gerai seperti KFC, StarBucks dan beberapa lainnya dan semua masih tutup. Puas melihat-lihat sekeliling dan saya sudah menempuh 5 km, maka saya kembali ke hotel untuk sarapan bersama teman saya.
Selesai sarapan, kami menunggu pemandu kami di lobby hotel. Ketika dia tiba di hotel, kami langsung menuju Goa Batu Cermin. Hanya memerlukan lima belas menit untuk mencapai tempat tersebut. Rupanya tempat tersebut baru dibuka beberapa hari yang lalu setelah direnovasi.Â
Tempat pembelian tiketnya luas dan masih nampak baru, tapi toiletnya tidak terawat dan kotor. Para pengunjung harus dididik untuk membuang sampah di tempat sampah dan bukan di lantai. Setelah membeli tiket, kami ditemani oleh seorang pemandu yang sudah lama bekerja di sana dan seorang mahasiswa magang dari Jawa Tengah. Kami harus mengenakan helm sebagai pelindung ketika memasuki gua.
Awalnya saya pikir gua ini akan gelap dan kami harus berjalan jauh. Ternyata, gua tersebut tidak begitu dalam. Untuk saya gua ini biasa saja karena kalau dibandingkan dengan beberapa gua yang pernah saya masuki sebenarnya tidak ada apa-apanya.Â
Ada beberapa stalaktit yang rusak dan terpotong. Stalagmit-nya pun tidak begitu banyak. Katanya dinding goa tersebut bisa memantulkan cahaya matahari yang masuk dari cela-cela gua, sehingga mirip cermin. Namun, saat saya di sana tidak ada pantulan cahaya tersebut. Belum hoki sepertinya.
Tidak lama kami berada di gua. Tidak jauh dari gue terdapat sebuah tempat yang disebut batu payung. Saya pun mampir ke tempat itu. Di sana ada sebuah batu tinggi yang menurut saya bentuknya lebih menyerupai jamur dan bukan payung. Unik sekali bentuk batunya dan ini membuat saya penasaran untuk mengetahui bagaimana batu tersebut dapat berbentuk seperti itu. Setelah berpamitan dan mengucapkan terima kasih kepada petugas yang mengantar kami, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Gua Rangko.
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai desa Rangko, tempat kami akan menyewa kapal untuk ke Gua Rangko hanya sekitar tiga puluh menit. Setelah menemukan pemilik kapal, kami pun segera naik ke kapal dan menuju ke Gua Rangko. Kami tiba di dermaga dan harus membayar tiket masuk.Â
Kami pun berganti baju karena kami ingin bermain air di gua tersebut. Untuk mencapai gua, kami harus berjalan sekitar sepuluh hingga lima belas menit. Kami pun tiba di pintu masuk gua dan harus menuruni anak tangga yang lumayan licin. Saat itu air di dalam gua berwarna hijau tua. Sudah ada banyak wisatawan di sana saat kami tiba. Ada yang hanya duduk-duduk di tangga, ada juga yang berenang di danau.
Kami pun masuk ke dalam air. Wow ternyata airnya asin. Saya tak mau berenang karena tidak membawa goggle, jadi saya hanya berdiri di tepi danau sambil berbincang dengan beberapa wisatawan dari Perancis. Kami menunggu cahaya matahari yang masuk dari cela-cela dinding gua, tetapi cahaya tersebut belum juga ada. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke Labuan Bajo.
Setelah membersihkan diri, teman saya langsung tidur dan saya pun tidur-tiduran. Baru sepuluh menit berbaring, saya merasa sangat bosan. Saya pun keluar dari hotel dan mencoba gelato yang ada di seberang jalan, namanya Maison Belmont. Wah cocok sekali, di saat udaranya sangat panas, menyantap gelato yang rasanya pas di lidah saya benar-benar sebuah kenikmatan.
Puas menyantap gelato, saya pun kembali ke hotel dan beristirahat. Liburan pun akan segera kami akhiri dan kami harus segera kembali bekerja. Selamat tinggal Flores, semoga saya diberi kesempatan lagi untuk mengunjungimu lagi.
sumber foto: milik pribadi
gmt22/12/2