Awalnya saya pikir gua ini akan gelap dan kami harus berjalan jauh. Ternyata, gua tersebut tidak begitu dalam. Untuk saya gua ini biasa saja karena kalau dibandingkan dengan beberapa gua yang pernah saya masuki sebenarnya tidak ada apa-apanya.Â
Ada beberapa stalaktit yang rusak dan terpotong. Stalagmit-nya pun tidak begitu banyak. Katanya dinding goa tersebut bisa memantulkan cahaya matahari yang masuk dari cela-cela gua, sehingga mirip cermin. Namun, saat saya di sana tidak ada pantulan cahaya tersebut. Belum hoki sepertinya.
Tidak lama kami berada di gua. Tidak jauh dari gue terdapat sebuah tempat yang disebut batu payung. Saya pun mampir ke tempat itu. Di sana ada sebuah batu tinggi yang menurut saya bentuknya lebih menyerupai jamur dan bukan payung. Unik sekali bentuk batunya dan ini membuat saya penasaran untuk mengetahui bagaimana batu tersebut dapat berbentuk seperti itu. Setelah berpamitan dan mengucapkan terima kasih kepada petugas yang mengantar kami, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Gua Rangko.
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai desa Rangko, tempat kami akan menyewa kapal untuk ke Gua Rangko hanya sekitar tiga puluh menit. Setelah menemukan pemilik kapal, kami pun segera naik ke kapal dan menuju ke Gua Rangko. Kami tiba di dermaga dan harus membayar tiket masuk.Â
Kami pun berganti baju karena kami ingin bermain air di gua tersebut. Untuk mencapai gua, kami harus berjalan sekitar sepuluh hingga lima belas menit. Kami pun tiba di pintu masuk gua dan harus menuruni anak tangga yang lumayan licin. Saat itu air di dalam gua berwarna hijau tua. Sudah ada banyak wisatawan di sana saat kami tiba. Ada yang hanya duduk-duduk di tangga, ada juga yang berenang di danau.