Mohon tunggu...
Genoveva Tersiandini
Genoveva Tersiandini Mohon Tunggu... Lainnya - penggemar wisata dan kuliner

Pensiunan pengajar di sebuah sekolah internasional.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Banyuwangi: Pendakian ke Puncak Ijen dan Menikmati Blue Fire

14 Juni 2021   15:58 Diperbarui: 22 Juni 2021   16:20 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah memastikan bahwa saya masih bisa melihat blue fire, saya pun turun bersama pemandu kami untuk melihat blue fire, sementara teman saya tetap menunggu di atas. Nah perjalanan ini yang menantang dan cukup berat serta memakan waktu cukup lama karena banyaknya orang yang akan turun untuk melihat blue fire dan orang-orang yang kembali naik. Jadi terjadi kemacetan dan kami harus bergantian dengan mereka yang akan kembali naik. Menjelang sampai di bawah, pemandu kami meminta saya untuk mengenakan masker dan menjelaskan apa yang harus saya lakukan saat asap belerang berembus ke arah saya. Perih rasanya mata ini saat asap berembus ke arah kita, walaupun kita sudah mengenakan masker. Hebatnya pemandu kami tidak memakai masker. Ketika saya tanya, dia mengatakan dia sudah terbiasa dan dulu dia bekerja sebagai penambang belerang. Wow ... takjub saya dibuatnya.

Blue fire ... kecil tapi ...-dokpri
Blue fire ... kecil tapi ...-dokpri

sambil menahan perih-dokpri
sambil menahan perih-dokpri

Beruntung saya dapat menyaksikan blue fire yang memang menjadi incaran para wisatawan yang mengunjungi Ijen. Tidak besar tapi untuk saya cukup spektakuler dan tentu saja ini merupakan pengalaman yang tak akan saya lupakan. Karena mata sudah semakin perih dan napas pun terganggu akibat belerang, kami memutuskan untuk naik kembali ke puncak. Cukup berat perjalanan yang harus kami tempuh dan tanpa bonus sama sekali. Sesampai kembali di puncak, saya gunakan waktu saya untuk beristirahat dan menikmati keindahan yang ada di hadapan saya. 

turun dengan mengendarai kereta dorong-dokpri
turun dengan mengendarai kereta dorong-dokpri
turun dengan mengendarai kereta dorong-dokpri
turun dengan mengendarai kereta dorong-dokpri
turun dengan mengendarai kereta dorong-dokpri
turun dengan mengendarai kereta dorong-dokpri

Ketika tenaga sudah kembali pulih, kami memutuskan untuk turun. Nah ... kali ini kami turun dengan mengendarai kereta dorong yang biasa digunakan untuk mengangkut belerang. Licik??? Tidak juga ... karena kami harus mengukur kekuatan kami dan tidak memaksakan diri. Dari sini kami masih akan berkunjung ke tempat lain, jadi kami harus benar-benar menghemat tenaga. 

Selain itu turun gunung adalah hal paling tidak saya sukai karena beberapa kali saya terjatuh saat turun gunung dan dengan usia yang semakin menanjak saya harus sadar bahwa saya tidak sekuat saat saya muda dulu. Perjalanan turun terasa sangat cepat. Setelah membayar biaya yang disepakati, kami kembali ke mobil untuk berganti pakaian karena bau belerang yang begitu menyengat menempel di baju, bahkan tubuh. Setelah menikmati pisang goreng panas dan teh panas, perjalanan kami lanjutkan. Kami memutuskan untuk berkunjung ke Alas Purwo. Cerita tentang kunjungan kami ke Alas Purwo akan saya ceritakan di artikel selanjutnya.

Gmt 14/06/21

foto-foto: milik pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun