Mohon tunggu...
Grant Gloria Kesuma
Grant Gloria Kesuma Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Mari menulis!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Kejutan!

30 Januari 2020   23:26 Diperbarui: 30 Januari 2020   23:37 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam Sabtu adalah malam yang selalu aku tunggu. Memang bukan malam Minggu, sih. Tapi malam Sabtu terasa lebih spesial. Penyebabnya adalah di hari tersebut seseorang selalu mengajakku jalan-jalan.

Namanya Kevin. Orangnya baik dan supel. Wajahnya juga lumayan. Ia bekerja di sebuah perusahaan kecil. Tapi itu bukan masalah, kan, yang penting dia punya pekerjaan tetap. Kevin juga rajin olahraga. Ia sering pergi fitness. Kevin ini sahabatku sejak aku di tahun pertama kuliah. Kami tidak satu jurusan, tapi bisa akrab karena mengikuti organisasi yang sama di kampus.

Sudah 8 tahun kami berteman. Kata orang bijak, kalau kita bisa berteman dengan seseorang selama lebih dari 7 tahun maka teman tersebut adalah teman sejati. Aku merasa seperti itu terhadap Kevin. Teman sejati namun tiba-tiba turun ke hati.

Aku tidak tahu bagaimana perasaan itu bisa muncul. Datang begitu saja. Tidak perlu dijemput. Pun aku tak berniat untuk mengantarnya pulang. Aku hanya ingin menikmati momen bersama dengan sahabatku. 

Jadian? Pernah, sih, terpikir olehku. Tetapi lebih baik berteman saja. Aku tak ingin merusak persahabatan yang telah kubangun bertahun-tahun hanya karena sebuah rasa.

Setiap malam Jumat Kevin akan menghubungiku, bertanya apakah kami bisa bertemu. Biasanya dia akan mengajakku nongkrong di mall. Kami punya tempat favorit di sebuah mall. Pegawai cafe itu sampai hapal menu favorit kami. Terkadang, ia juga bertanya jika kami tidak ke sana.

"Besok malam nongkrong di Cafe M, yuk!" ajak Kevin.

"Oke," balasku.

"Mau jam seperti biasa?" tanyanya.

"Boleh juga. Tapi aku agak telat ya. Soalnya ada acara kantor Jumat ini," jawabku.

"Oke," katanya.

"Sampai ketemu besok malam," kataku.

"Eh, besok aku mau mengajak teman. Aku mau mengenalkannya padamu," lanjut Kevin.

Seketika jantungku berhenti berdetak. Teman? Mau dikenalkan padaku? Siapa? Perempuankah? Apakah Kevin tiba-tiba punya pacar? Kenapa aku selama ini tidak menyadarinya? Berbagai pikiran buruk menghantuiku. Entah kenapa aku tidak bisa berpikir positif. Aku mengkhayalkan hal-hal yang belum tentu benar.

Ah, apakah aku cemburu? Apakah aku tiba-tiba merasa tidak percaya diri? Aku tak tahu. Rasanya tak sabar menunggu sampai  besok. Malam itu aku benar-benar tidak bisa tidur.

* * *

Malam Sabtu pun tiba. Aku datang tepat waktu ke Cafe M. Kevin belum kelihatan batang hidungnya. Aku mencari tempat duduk favorit kami. Kebetulan belum terisi. Saat aku melihat-lihat menu, Kevin tiba.

"Hai, sudah lama menunggu?" tanyanya. Ia langsung mengambil tempat duduk di hadapanku.

"Nggak. Baru 15 menit, kok," jawabku. Aku melihat ke belakangnya, mencari-cari teman yang dia bilang akan dikenalkan padaku. 

Seperti tahu apa yang ada di pikiranku, Kevin tertawa. "Kamu nyariin temanku, ya? Penasaran?" ledeknya.

"Nggak. Cuma kepo aja," jawabku ketus.

"Jangan manyun gitu, ah! Jelek, tau!" katanya.

"Temanmu nggak jadi datang?" tanyaku.

"Ehm!" jawabnya sambil celingukan ke arah pintu. "Ah, itu dia!" serunya sambil melambai-lambaikan tangan ke arah pintu. Karena ia duduk di hadapanku, aku agak kesulitan melihat ke arah pintu.

Dalam bayanganku, teman Kevin pastilah seorang gadis yang cantik dengan kulit putih mulus dan rambut panjang ikal tergerai, memakai gaun, sepatu hak tinggi, dan membawa tas kecil. Seingatku, Kevin punya segudang teman perempuan yang cantik-cantik. Setahuku, tipe perempuan seperti itulah yang disukai oleh Kevin. Tidak seperti diriku yang tomboi, rambut pendek, dan jarang berdandan. 

"Nah, nah... kenalkan ini temanku," kata Kevin dengan sangat antusias.

Yang berdiri di hadapanku bukanlah wanita cantik bagai model iklan kosmetik. Tapi.... cowok ganteng dengan lengan berotot dan tubuh tegap. Tipe cowok gym, yang sering fitnes. Kuingat-ingat, rasanya aku pernah beberapa kali melihat foto cowok ini di media sosialnya Kevin.

"Kenalkan, ini Roby," kata Kevin. Ia menyuruh temannya mengulurkan tangan padaku.

Aku menyambut uluran tangan cowok itu.

"Shania," kataku.

Kevin menatap cowok ganteng itu. Tatapan yang terasa janggal bagiku. Deg! Apakah ini ..... Tapi, masa iya?

"Ehm! Kalian .....," kataku sambil menunjuk Kevin dan Roby bergantian. Aku tak sanggup meneruskan kalimatku.

"Hehehe.... Ketahuan ya?" kata Kevin cengengesan.

Roby menganggukkan kepalanya.

Seketika rasanya aku pusing dan kakiku lemas. Aku butuh asupan kafein sebanyak-banyaknya. Tak kusangka mereka berdua pacaran!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun