Mohon tunggu...
Adhi Glory
Adhi Glory Mohon Tunggu... -

Saya seorang maniak "One Piece", penyuka "Purple Cow", saat ini berdomisili di Palembang. Silakan hubungi saya di glory2go@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Benih (02)

10 Oktober 2011   14:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:07 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Mas?” Sebuah suara lembut, yang lebih menyerupai bisikan, menegurnya. Si laki-laki terhenyak dari pikirannya.

“Ya?” katanya, sekonyong-konyong menoleh padamu yang berdiri di sebelahnya. Sekilas ada nada ge-er dalam suaranya.

Kau menoleh, menatap balik ke mata hitam si laki-laki yang jernih, ada pantulan wajahmu yang terbengong di sana. Kemudian menggeleng dengan tegas menyatakan bahwa bukan kau yang barusan memanggilnya. Sekarang giliran si laki-laki yang menampilkan ekspresi terkejut, alis matanya terangkat.

“Mas?” Kali ini bahu si laki-laki ditepuk pelan. Ternyata seorang gadis lain yang rambutnya dikuncir ekor kuda dan berdandan menor yang berdiri di samping kanannya yang memanggilnya.

“Oh—” si laki-laki merasa malu menyadari kekeliruannya dan berbalik ke sumber suara. “Maaf, Mbak, ada apa ya?”

“Saya mau ngasih tahu saja nih,” kata si gadis, setengah berbibisik. “Itu sarang burungnya dibiarin terbuka gak takut terbang apa?” Si gadis berseragam SPG itu terkikik.

“Sarang burung?” si laki-laki menampilkan raut tak mengerti, lalu mendadak ia menyadari sesuatu  menunduk kaget. “Ya ampun!”

Olala! Demi humor slapstick di TV! Ternyata ia lupa menutup resleting celananya saking terburu-buru takut terlambat tadi.

Seketika semua calon penumpang yang ada di halte terkikik geli melihat si laki-laki membungkuk dan membenarkan resleting celananya. Termasuk juga kau. Kau lah yang tertawa paling keras, sambil memalingkan wajah dan menutupi mulutmu dengan sebelah tanganmu. Meski begitu, itu tak serta merta menghentikan gelak tawamu. Si laki-laki merasa wajahnya bagai dilempari sebotol saus tomat.

“Ah, maaf…” katamu setelah berhasil menguasai dirimu. “Gak seharusnya saya menertawaimu seperti itu. Habis yang tadi itu sangat konyol kalau menurut saya!”

“Oh! Gak pa-pa kok,” jawab si laki-laki. “Hmm, tapi saya hanya heran kenapa resleting rok wanita kok ditaruh di belakang ya?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun