Mohon tunggu...
Gloria Alicia
Gloria Alicia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Universitas Atma Jaya Yogyakarta prodi Ilmu Komunikasi

Ecclesiastes 3:11

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kisah di Balik Malam Satu Suro

17 Desember 2020   10:06 Diperbarui: 17 Desember 2020   10:16 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilansir dari (Solopos.com, 2020) dengan berita yang berjudul "Kirab Kebo Bule Kyai Slamet Ditiadakan, Keraton Solo Hanya Gelar Wilujengan Di Malam 1 Suro" dapat dilihat bahwa  hal ini berhubungan dengan materi Komunikasi Antar Budaya tentang teori Identitas Budaya. Identitas merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang, begitu juga bagi suatu negara. 

Menurut Ting Toomey (Samovar, Porter, & MCDaniel, 2014, h. 184), mengatakan bahwa identitas merupakan gambaran tentang konsep diri kita yang dimana kita berasal dari sebuah keluarga, gender, etnis, dan proses sosialisasi individu lainnya. Sedangkan menurut Hecht, identitas budaya dapat dimodifikasi melalui interaksi sosial dan hal ini juga dapat dipengaruhi oleh ekspektasi dan motivasi yang ada (Samovar, Porter, & MCDaniel, 2014, h. 199). Fong juga berpendapat bahwa identitas adalah budaya juga termasuk dalam identifikasi komunikasi yang juga termasuk dalam konstruksi sosial (Samovar, Porter, & MCDaniel, 2014, h. 184).

Komunikasi antarbudaya sangat penting untuk dipelajari, karena dalam kehidupan ini kita selalu melakukan komunikasi dimanapun kita berada dan hal ini pastinya juga bersangkutan dengan kebudayaan yang dimiliki oleh seseorang, dimana kebudayaan yang dianut oleh seseorang sangat mempengaruhi cara berpikir, cara pandang dan cara mereka untuk menyampaikan pendapat tentang sesuatu. Imahori dan Cupach (Samovar, Porter, & MCDaniel, 2014, h. 191) mengatakan bahwa identitas budaya merupakan elemen yang sangat penting dalam komunikasi antarbudaya. 

Dalam melakukan komunikasi antarbudaya tentunya banyak sekali perbedaan yang ada, karena hal ini bersangkutan dengan latar belakang kebudayaan yang melekat pada individu. Sama juga halnya dengan mempelajari tentang identitas budaya, karena identitas dalam setiap budaya pastinya memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya. Terdapat beberapa jenis identitas sosial, yang pertama adalah Identitas Nasional, dimana identitas ini berasal dari beberapa orang yang mengelompokkan diri dalam kelompok yang memiliki kesamaan tempat lahir atau dari warga negara mana mereka berasal. 

Contohnya adalah seperti kelompok orang yang berasal dari Austria akan mengidentifikasi dirinya sebagai 'orang Eropa'. Kedua adalah Identitas organisasi, yaitu identitas yang didapat dari keanggotaan seseorang dalam suatu organisasi. Contohnya adalah seperti dalam kartu nama seseorang pasti terdapat tempat perusahaan dimana ia bekerja, hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa identitas orang tersebut adalah identitas organisasi. Selanjutnya adalah Identitas Regional, yang dimana identitas ini di dasarkan pada batas-batas daerah mana ia berasal dan identitas ini lebih kecil jika dibandingkan dengan identitas nasional (Samovar, Porter, & MCDaniel, 2014, h. 187-190).

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dipaparkan di atas, yang paling sesuai dengan berita ini adalah Identitas Regional. Hal ini dikarenakan Identitas yang muncul pada acara Kirab Pusaka dan Kebo Bule merupakan Identitas Regional, karena acara ini hanya diadakan di kota Solo saja, bukan seluruh Indonesia. 

Perbedaan identitas budaya dalam suatu daerah juga berdasarkan pada beberapa faktor, seperti salah satunya adalah area geografis. Perbedaan pada area geografis sangat mempengaruhi kebudayaan yang berkembang pada daerah tersebut, hal ini dikarenakan geografis pada daerah yang satu dengan yang lainnya berbeda sehingga hal ini sangat mempengaruhi kebudayaan yang berkembang.

 Sama dengan halnya seperti kebudayaan yang ada di Kota Solo. Kebudayaan yang ada di kota ini rata-rata bersangkutan dengan kebudayaan Keraton. Hal ini disebabkan karena Kota Solo memiliki dua Keraton, yaitu Keraton Surakarta Hadiningrat dan Keraton Kasunanan Mangkunegaran.

Sama juga seperti acara Kirab Pusaka dan Kebo Bule yang ada di Kota Solo. Adanya perayaan Malam Satu Suro merupakan acara tahunan yang selalu diadakan oleh Keraton Surakarta Hadiningrat dan perayaan ini tidak mungkin diadakan oleh daerah lain. Acara ini diadakan sebagai bentuk ucapan untuk memohon berkah dan keselamatan selama setahun kedepan dan juga berguna untuk menyambut tahun baru menurut penanggalan jawa yang dimana juga bersamaan dengan tahun baru islam. 

Dalam acara ini, Kebo Bule Kyai Slamet dan juga beberapa pusaka yang ada di Keraton akan diKirab berjalan memutari daerah sekitar kawasan Keraton. Sebelum acara kirab ini, seluruh Kebo Bule dan Pusaka akan dimandikan dengan bunga setaman yang nanti setelah itu akan diberi kalung bunga dan dibawa masuk ke keraton untuk memulai prosesi kirab.   Perayaan ini juga sering disebut Ritual Tapa Bisu, karena acara kirab dimulai tepat tengah malam pada pukul 00:00 WIB dan pada saat Kebo Bule berjalan melintasi kawasan sekitar Keraton, maka semua akses jalan akan ditutup, warga yang menyaksikan perayaan ini juga tidak boleh bersuara atau berbicara hingga arak-arakan ini selesai. 

Adanya juga beberapa mitos yang bersangkutan dengan acara Malam Satu Suro yang dipercayai oleh beberapa orang di tanah jawa, seperti larangan untuk menikah pada bulan ini. Hal ini dikarenakan apabila mengadakan acara pernikahan maka secara tidak langsung akan menyaingi perayaan Malam Satu Suro ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun