Mohon tunggu...
Gladis Amalia Zahra
Gladis Amalia Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Hukum Program Studi Ilmu Hukum

Selanjutnya

Tutup

Financial

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2026: Antara Target Ambisius dan Realita Global

29 Juni 2025   11:15 Diperbarui: 29 Juni 2025   11:15 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melambatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara mitra dagang utama seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan Uni Eropa berpotensi menurunkan permintaan ekspor Indonesia. Situasi ini berpotensi memperlebar defisit transaksi berjalan, dengan estimasi mencapai sekitar 1,3% hingga 1,6% dari produk domestik bruto pada tahun 2026.

2. Meningkatnya Proteksionisme dan Ketegangan Perdagangan Global

Kebijakan proteksionis yang semakin ketat dan eskalasi konflik dagang internasional dapat menghambat ekspor Indonesia. Ketidakpastian yang muncul akibat situasi ini juga berpotensi menahan laju investasi dan perdagangan, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi domestik.

3. Risiko Geopolitik dan Ketegangan Internasional

Konflik geopolitik, seperti ketegangan antara Iran dan Israel serta keterlibatan kekuatan besar, meningkatkan risiko gangguan pasokan global, lonjakan harga komoditas, dan volatilitas pasar keuangan. Hal ini dapat memperburuk ketidakpastian ekonomi dunia dan menekan prospek pertumbuhan Indonesia.

4. Penurunan Harga Komoditas dan Permintaan Global

Turunnya harga komoditas utama yang diekspor Indonesia, seperti minyak sawit dan mineral, akan mengurangi pendapatan ekspor dan memperlebar defisit transaksi berjalan. Ketergantungan ekonomi pada ekspor komoditas membuat kondisi ini menjadi tantangan serius.

5. Ketidakpastian Kebijakan Moneter Global

Kebijakan moneter yang ketat di negara maju, termasuk suku bunga tinggi di Amerika Serikat dan Eropa, berpotensi memicu arus keluar modal dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Bank Indonesia harus menyeimbangkan antara pengendalian inflasi dan pencegahan arus modal keluar yang berlebihan.

6. Risiko Depresiasi Rupiah dan Inflasi Impor

Tekanan dari luar negeri dapat menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah, yang berdampak pada kenaikan inflasi impor dan menurunkan daya beli masyarakat. Inflasi yang meningkat berisiko menghambat konsumsi domestik sebagai pilar utama pertumbuhan ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun