Mohon tunggu...
Giovani Walewawan
Giovani Walewawan Mohon Tunggu... Seniman - Seorang penjelajah yang merasa tersesat di jalan yang benar

Ad Infinitum

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sepenggal Catatan Anak Muda yang Kebingungan

4 Februari 2019   14:07 Diperbarui: 4 Februari 2019   14:34 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mereka menyebut Aku Gila

Waktu sudah menunjuk pukul 11:16 menggerakan riuh barusan tadi berganti cepat menuju keheningan tengah malam. Setelah rintik hujan terakhir ia masih di situ tangan nya terus meliuk-liuk di atas kertas book paper 55gr dan menggores nya dengan pena Parker im premium metal, tanda tanya besar menempel pada dahi nya yang sudah berkerut-kerut mencari sesuatu yang bahkan tak satu setan pun tahu, ketahuilah sejak tadi sore ia sedang berusaha menulis sajak-sajak penasaran tentang hujan dan kematian. Semua terlihat begitu sederhana malam ini dari bagaimana cara ia bersandar pada nisan-nisan perkuburan tua itu. Ada bunyi-bunyi dari semak belukar seperti terbakar itu di tulis bersamaan dengan suara-suara neraka menjerit-jerit dari dalam kubur para pendosa. Ini dunia yang luar biasa bukan? di mana kau bisa merasakan bersama orang-orang yang sudah tiada.

Penulis Harus Peka Kepada Realitas

Aku tidak butuh berapa banyak orang yang akan membaca atau menyukai tulisan ku, tetapi berapa banyak orang yang bisa dihidupi oleh tulisan ku itu jauh lebih baik.

Sastra tidak boleh tinggal diam, ia harus bergerak bersenandung di tengah riuh nya kehidupan menjadi penyambung lidah-lidah kebenaran berdasarkan apa yang di lihat dan di rasakan.

Ingat payung hukum bisa saja tertutup pada saat datang nya hujan uang, tetapi seorang penulis harus selalu jujur dalam tiap penulisan nya.

Kenalilah Diri Mu Sebelum Mereka

Angin malam memang agak berbeda dalam menghembuskan hawa, begitu juga dengan kepekaan rasa terhadap suasana.
Ada yang memilih ke pantai untuk menulis tentang desiran ombak-ombak dan ketenangan di sana, dan ada juga yang ingin ke taman sejuta bunga untuk menulis keindahan tentang perempuan dan penciptaan.

Tetapi Aku, Aku sedang belajar mencintai sesuatu yang amat sulit di cintai yaitu Aku dan diri ku yang ku lihat." Begitu tulis nya.

Ahmad Dhani Yang Malang

Peran sebagai seniman sebenarnya sudah seharusnya di tunjukan sekarang sebagaimana hiruk-pikuk dalam dunia politik pragmatis akhir-akhir ini penuh dengan kebencian terhadap sesama dan cara-cara kotor yang lain. Seorang seniman harus netral kepada alam dan manusia, mengedukasi, melawan kartidak-adilan lewat karya.

Saya sangat menyayangkan musisi Seperti Ahmad Dhani yang dengan pengaruh besar dalam dunia musik turut ikut ambil bagian dalam arus keterpihakan Politik demi kepentingan pribadi.

Yang patut di apresiasi adalah musisi-musisi seperti Iksan Skuter atau Jason Ranti yang sudah mengekspresikan permasalahan realitas di masyarakat dalam lirik lagu-lagu-Nya. Atau dalam hal ini Om Dhani tidak terlalu peka mungkin karena banyak menciptakan lagu-lagu bertema cinta daripada kehidupan.

Anak Muda dan Sifat Apatis

Anak muda yang cenderung dengan sudut pandang yang selalu negatif, bisa saja membawa mereka menuju kesalah-pahaman tentang makna kedewasaan.

Jadi saya memilih untuk menolak menjadi bagian dari sampah masyarakat dan tidak ingin sekedar menjadi makanan cacing tanah saja suatu kelak nanti. Dan jika idealisme para idelis Tua sudah mulai menuju keusangan-Nya, berhati-hatilah sebab negara akan menuju ke dalam kondisi yang paling buruk.

Tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa perlahan tinggalah siualan merdu yang di kemas baik dengan tipu muslihat, rakyat di paksa untuk tunduk dan mengidealisasikan idealisme usang.

Maka daripada itu kaum revolusioner Muda atau agen intelegensia seharus-Nya mulai bertindak, memberantas ketidak-adilan dan kebobrokan yang tercipta dari keusangan idealis Tua.

Saya kembali teringat tentang sosok Soe Hoek Gie dengan kalimat sederhana-Nya, bahwa: "bidang seorang sarjana adalah berpikir dan mencipta yang baru". 

Seperti kita yang seharus-Nya, menjadikan hidup yang untuk ke-hanya-an. Atau seperti banyak soal yang belum terjawab, hidup ini sebuah tanya.

"Untuk apa kita di kirim ke dunia?"

"Kita bukan mesin yang hanya sekolah,kerja,kemudian mati" ucap Juang pada suatu ketika.

Lalu akhir-akhir ini para pejuang reformasi mengkhianati perjuangannya, Itulah realitas, para revolusioner yang menyimbolikan diri sebagai tokoh pengerak menuju tatanan keadilan sosial dan keberpihakan kepada rakyat pada akhirnya apa yang dikatakan Michael Bakunin benar adanya, bahwa "dalam mendewakan keadilan dan kemanusiaan, kaum idealis selalu mengakhirinya dengan kemenangan materialisme yang brutal". Che (Comandante) akhirnya paham, bahwasanya hidup-Nya untuk revolusi, bukan untuk menjadi pejabat negara dan Jika Mahasiswa takut membicarakan kebenaran maka Dosen akan tetap dengan sejuta ancaman.

Yang perlu di sadari bahwa Mahasiswa adalah agen yang melekat dengan persoalan realitas, bukan hanya persoalan ruang kelas, Mahasiswa adalah kaum yang memakai lebel "Maha" di depan nya, dan tentu ada penekanan yang privilese disitu.

Soe Hoe Gie pernah berkata "Guru/Dosen bukan Dewa yang selalu benar dan Murid bukan Kerbau." kalau kata Tan Malaka "dimana ada tesis disitu juga muncul anti tesis." lalu kalau di bawa ke pemikiran Marx, "kebenaran tidak ada pada satu sisi, tapi kebenaran tercipta dari ruang dialektika, Dosen tidak boleh memonopoli kebenaran, apa lagi mengusulkan etika dan moral menurut dirinya sendiri, ini tentu keliru".

Salam untuk Mahasiswa yang masih terus memilih bungkam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun