Mereka menyebut Aku Gila
Waktu sudah menunjuk pukul 11:16 menggerakan riuh barusan tadi berganti cepat menuju keheningan tengah malam. Setelah rintik hujan terakhir ia masih di situ tangan nya terus meliuk-liuk di atas kertas book paper 55gr dan menggores nya dengan pena Parker im premium metal, tanda tanya besar menempel pada dahi nya yang sudah berkerut-kerut mencari sesuatu yang bahkan tak satu setan pun tahu, ketahuilah sejak tadi sore ia sedang berusaha menulis sajak-sajak penasaran tentang hujan dan kematian. Semua terlihat begitu sederhana malam ini dari bagaimana cara ia bersandar pada nisan-nisan perkuburan tua itu. Ada bunyi-bunyi dari semak belukar seperti terbakar itu di tulis bersamaan dengan suara-suara neraka menjerit-jerit dari dalam kubur para pendosa. Ini dunia yang luar biasa bukan? di mana kau bisa merasakan bersama orang-orang yang sudah tiada.
Penulis Harus Peka Kepada Realitas
Aku tidak butuh berapa banyak orang yang akan membaca atau menyukai tulisan ku, tetapi berapa banyak orang yang bisa dihidupi oleh tulisan ku itu jauh lebih baik.
Sastra tidak boleh tinggal diam, ia harus bergerak bersenandung di tengah riuh nya kehidupan menjadi penyambung lidah-lidah kebenaran berdasarkan apa yang di lihat dan di rasakan.
Ingat payung hukum bisa saja tertutup pada saat datang nya hujan uang, tetapi seorang penulis harus selalu jujur dalam tiap penulisan nya.
Kenalilah Diri Mu Sebelum Mereka
Angin malam memang agak berbeda dalam menghembuskan hawa, begitu juga dengan kepekaan rasa terhadap suasana.
Ada yang memilih ke pantai untuk menulis tentang desiran ombak-ombak dan ketenangan di sana, dan ada juga yang ingin ke taman sejuta bunga untuk menulis keindahan tentang perempuan dan penciptaan.
Tetapi Aku, Aku sedang belajar mencintai sesuatu yang amat sulit di cintai yaitu Aku dan diri ku yang ku lihat." Begitu tulis nya.
Ahmad Dhani Yang Malang
Peran sebagai seniman sebenarnya sudah seharusnya di tunjukan sekarang sebagaimana hiruk-pikuk dalam dunia politik pragmatis akhir-akhir ini penuh dengan kebencian terhadap sesama dan cara-cara kotor yang lain. Seorang seniman harus netral kepada alam dan manusia, mengedukasi, melawan kartidak-adilan lewat karya.