Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hampa Menulis? Tulis Saja Kehampaan Itu

6 Juni 2014   05:10 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:06 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: dumblittleman.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="(ilustrasi: dumblittleman.com)"][/caption] Ingin nulis satu artikel saja. Tapi sulit sekali rasanya. Ada beban di jari-jemari ini yang hendak mengetik. Ada bermacam dan berupa-rupa imaji dalam fikiran. Ada beragam berita dan drama dari dunia media dan televisi. Satu persatu diurai dan dikupas di media. Baik dari para pewarta yang dijuluki. Ataupun dari warga-warga biasa yang suaranya ingin didengar dengan tulisannya. Semua ini berbaur dan seolah mendistraksi fokus diri. Semua mengaburkan apa yang sepertinya sudah ingin ditulis. Hampa. Menjadi hampa yang terlihat di layar laptop ini. Yang terlihat adalah pembauran berita, gambar, opini, reportase, drama, tokoh, inspirasi, keluhan, kritikan, black campaign, dan berupa warna lainnya. Membaur dan mengubah imaji mereka masing-masing menjadi beban di ujung jari. Menghambat kucuran ide yang saat sebelumnya sudah seperti terabstraksi dengan baik dalam fikiran. Hampa itu nyata adanya. Hampa menulis bukan hampa adanya. Hampa itu isi. Ia berisi beragam imaji dan konsep yang tumpah ruah dan berbaur sengit dalam fikiran. Membuncahkan riak-riak keinginan menulis ini itu yang menarik. Namun menghalangi bayangan yang sudah nyata sesaat sebelumnya. Kehampaan itu menutup pipa menuliskan ide. Menutupnya dengan kehampaan yang kian berwarna dan berpola. Pola yang menarik ingin seakan menghalangi ingin itu sendiri. Pola yang terus dijumpai seseorang yang sekadar ingin menulis. Hampa yang menjadi kehampaan penuh. Hampa yang tercipta di luar diri. Sebuah magnet besar yang menarik dan menggiring tulisan yang sudah terendap menuju pembauran yang ada. Semua menjadi satu dan rusuh serta rusak. Tulisan yang diingini tidak pula terbentuk. Sialnya, karena sudah berserak dan berpecah menjadi bauran-bauran imaji yang terkovergensi menjadi sampah-sampah imaji. Yang muncul dalam fikir pun kehampaan yang penuh. Semakin membaca yang ada, semakin kekosongan itu terpenuh dengan kehampaan menulis. Waktunya menenangkan jari jemari menulis. Lanjutkan membaca. Sekadar memberi nutrisi fikir danjari jemari yang cukup gersang ide dan abstraksi. Salam, Solo, 05 Juni 2014 10:07 pm

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun