Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Horor dan Misteri] Karya Karma Bagian 1

23 September 2016   21:35 Diperbarui: 23 September 2016   21:52 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Black-White diptychs by Maciej Goraczko - ilustrasi: rebloggy.com

Disclaimer:

Gore-horror theme. Karya fiksi ini berisi kekerasan, darah, dan kata-kata kasar. Bagi yang tidak berkenan, cukup membaca sampai disini. Salam :-)

* * *

Mariam terbangun dan terdiam di sudut gelap. Entah ruang apa ini fikirnya. Pengap dan bau apak menyeruak. Samar tercium bau anyir. Seiring anyir menghinggap, Mariam merasakan perih di tangan kanannya.

Mariam coba garuk tangan kanannya. Yang ia gapai hanya udara. Ada hampa disana. Namun Mariam merasa tangan kanannya perih. Ya tuhan! Apa yang terjadi fikirnya menyematkan ketakutan. Tangan kanannya hilang. Teramputasi!

Ia rasakan tangan kanannya terhenti tepat di sikut. Disana ia rasakan sakit yang sangat. Ada jahitan dan cairan hangat entah apa itu. Namun ia tahu pasti tangannya sudah teramputasi.

Nanar takut wajah Mariam terlihat. Hatinya berdegup cepat. Ketakutan, kebingungan dan keputusasaan menikam tiap detak jantungnya. Apa yang terjadi!? Fikirnya.


“Tolooong…” Mariam berteriak sekuatnya. Namun ruang gelap itu seperti memantulkan teriaknya kembali ke telinga. Percuma fikirnya.

Mariam mencoba meraba-raba tembok sekeliling ruang.

“Sraaatttt…!!” tiba-tiba ada sebuah panel terbuka. Tepat di depan Mariam. Ada cahaya disana. Namun segera tertutupi oleh sesuatu.

“Sudah bangun hai Nona Mariam. Selamat pagi.” Halus sosok itu menyapa.

“Mau apa kau?? Apa yang kau lakukan padaku?? Dimana ini?? Keluarkan aku?” ibarat katarsis, orang itu itu adalah tembok ratapan. Segala rasa yang detak jantungnya rasakan ia muntahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun