Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengapa Sarjana Menganggur Meningkat di Indonesia?

17 Mei 2018   12:12 Diperbarui: 17 Mei 2018   14:34 11782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hire Me - ilustrasi: worldofbuzz.com

Landasan tridarma perguruan tinggi kadang dilakukan semata untuk cum atau poin naik pangkat. Mengajar menjadi rutinitas yang kadang tidak penuh inovasi. Penelitian pun kadang hanya hal itu-itu saja. Sehingga tak heran jurnal ilmiah banyak di Scopus. Namun tidak banyak disitasi. Pengabdian pun kadang masyarakat hanya sebatas dilakukan dan dilaporkan. 

Keempat, status quo sistem pendidikan ala bisnis. Kembali, perguruan tinggi pun kini berpagu pada revenue. Dengan PTN yang kurang dari 150, banyak yang memilih PTS. Pada PTS unggul dengan uang gedung tinggi dan SPP selangit, lulusan bisa dijamin bagus. Namun bagaimana nasib lulusan PTS biasa-biasa aja, yang jumlahnya lebih dari 3,000 institusi?

Mendidik lulusan SMA yang sudah unggul mungkin lebih mudah. Mereka bisa mandiri dan sadar mau diapakan ilmunya setelah lulus sarjana. Sedang bagaimana dengan mereka yang 'pokoknya kuliah'. Konon daripada menganggur di rumah, lebih baik kuliah. Sedang ditanya cita-cita setelah lulus saja mereka masih berpikir lama. 

Andai suatu waktu, dosen di PTN/PTS terbaik mengajar mahasiswa seperti ini. Jika bisa membentuk mindset yang mungkin unggul. Maka itulah saya kira makna pendidikan. Lulusan bisa jadi setara dan layak untuk menghadapi dunia kerja. Pun mereka bisa siap membuat lingkup kerja sendiri. Dari kreativitas ilmu dan teknologi yang sudah dipelajari, saya yakin mereka mampu.

Membicarakan pendidikan adalah membicarakan celanya. Karena yang menilai pendidikan kita maju dan berarti adalah generasi nanti. Bisa 5 sampai 10 tahun dari sekarang. Namun, saat cela pendidikan terus direvitalisasi dengan placebo berupa proyek tak visioner. Maka jangan banyak berharap pendidikan bisa dipandang unggulnya.

Referensi: bps.go.id | katadata.co.id | pikiran-rakyat.com | tirto.id 

Salam,

Solo, 17 Mei 2018

12:18 pm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun