Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Membenarkan Hoaks Itu Berat, Dibiarkan pun Juga Berbahaya

4 Mei 2018   21:27 Diperbarui: 5 Mei 2018   19:22 2193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
London Fake News - ilustrasi: Sarah Wasko - mediamatters.org

Dan yang lebih menyebalkan dari penyebar hoaks adalah melabeli fakta dengan teori konspirasi. Hal ini menjadi penyangkalan terakhir sebuah komunitas yang menyebar hoaks. Karena berita bohong tentunya diciptakan orang yang lebih pintar dari yang mempercayainya. Jika fakta menyangkal hoaks, teori konspirasi akan memperkokoh keyakinan berita ngibul.

Menurut riset tahun 2017 di Uni Eropa, disinformasi atau berita bohong sudah mengancam demokrasi. Sekitar 80% (26.500 orang) responden dari 28 negara Uni Eropa percaya berita hoaks dapat memecah belah publik. Bagaimana dengan orang Indonesia? Di mana berita hoaks menjadi konsumsi sehari-hari via sosmed. Di mana sulitnya men-debunk hoaks. Sudahkah kita perduli?

Jika membenarkan hoaks itu berat, setidaknya jangan menyebarkannya.

Referensi: businessinsider.com | debunkinghadbook.com | euronews.com

Salam,
Solo, 4 Mei 2018
09:25 pm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun