Mohon tunggu...
Giovani Yudha
Giovani Yudha Mohon Tunggu... Freelancer - Gio

Sarjana HI yang berusaha untuk tidak jadi Bundaran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Banyak Cara Perempuan Dobrak Sistem Patriarki

4 Maret 2021   14:35 Diperbarui: 4 Maret 2021   14:41 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cara-cara perempuan untuk bergerak - Sumber: Berry, 2018

4. Di tahun yang sama, tepatnya pada bulan Juni 1983, terdapat pergerakan perempuan juga bernama Movimiento de Mujeres Pobladoras atau MOMUPO. MOMUPO merupakan sebuah kelompok didirikan oleh para perempuan untuk memobilisasi para perempuan kelas pekerja dari daerah kumuh dan membahas pengangguran, kesehatan, neurosis, dan kecemasan dari situasi kehidupan mereka (ibid, pp. 138). MOMUPO juga sering mengadakan the Marches of the Empty Shopping Bags, dimana para perempuan akan berkumpul di pasar petani lokal, diadakan seminggu sekali di banyak wilayah, dan menunjukkan perlawanan mereka terhadap harga tinggi, kekurangan makanan, dan kediktatoran dengan menolak membeli barang (ibid, pp. 150). 

5. Ada juga pergerakan perempuan lainnya, tepatnya pada bulan November 1983, para perempuan membentuk Mujeres por la Vida atau MPLV (ibid, pp. 154). MPLV berfungsi mengatur dan berpartisipasi dalam rangkaian acara, termasuk protes, demonstrasi, dan mogok makan, serta diskusi meja bundar, pertemuan dengan pejabat, dan konferensi pers. Kelompok ini menyediakan forum yang aman bagi organisasi-organisasi perempuan untuk bergabung bersama dan mengartikulasikan pandangan umum tentang peran perempuan dalam gerakan melawan rezim militer (ibid, pp. 158).

6. Ada juga Comite de Defensa de los Derechos de la Mujer atau CODEM dan Moneda Deuda Cile Fondo de Inversion atau MUDECHI. CODEM dan MEDUCHI merupakan kelompok perempuan nasional yang besar dan terafiliasi dengan partai-partai politik kiri radikal guna membahas masalah-masalah yang dihadapi perempuan miskin. 

7. Terakhir pada tahun 1988, tepatnya pada bulan Desember, para perempuan membentuk the Coalition of Women for Democracy, beranggotakan perempuan-perempuan yang berasal dari partai politik, organisasi sosial, gerakan perempuan lainnya, maupun independen, yang berfungsi untuk mengembangkan agenda kebijakan perempuan untuk oposisi dan memastikan bahwa para pemimpin oposisi dapat mempertimbangkan hak-hak perempuan dalam pemilu yang akan datang, serta menyelenggarakan konferensi terkait isu-isu perempuan (ibid, pp. 175-176). 

Singkatnya sih......

Cara-cara perempuan untuk bergerak - Sumber: Berry, 2018
Cara-cara perempuan untuk bergerak - Sumber: Berry, 2018

Perlu diingat dan digaris bawahi kalau gerakan sosial tuh tidak pernah memandang gender, yang terpenting adalah seberapa banyak perempuan yang berani, aktif, dan vokal untuk menyuarakan keluhan, ketidakadilan, maupun memperjuangkan hak-hak yang belum terpenuhi sebagai perempuan.

Nah bisa dilihat kan dari gambar di atas kalau perempuan itu mampu terlibat dalam beragam bentuk partisipasi politik formal maupun informal. Saya sendiri menyarankan supaya perempuan harus, wajib, dan kudu terlibat dalam proses pembuatan kebijakan dan berpolitik, di level keluarga, komunitas, organisasi, universitas, maupun pemerintahan, supaya tidak ada lagi kebijakan yang bias-gender. 

"Bukankah indah rasanya jika kita bisa hidup saling melengkapi dan tidak ada rasa superior terhadap yang lain? Bagi perempuan, kalian bisa bergerak sendiri, perjuangkan hak kalian, ketidakadilan yang terjadi di antara kalian, berkumpul dan bersuara untuk kepentingan kalian. Dobraklah sistem yang membuat kalian merasa terpinggirkan"

Sumber tulisan:

  • Berry, M. (2018). War, Women, and Power From Violence to Mobilization in Rwanda and Bosnia- Herzegovina. United Kingdom: Cambridge University Press
  • Chuchryk, Patricia (1984). Protest, Politics, and Personal Life: The Emergence of Feminism in a Military Dictatorship, Cile 1973–1983. Yorkshire: York University.
  • Powley, Elizabeth. (2004). Strengthening Governance: The Role of Women in Rwanda’sTransition. United Nations: Office of the Special Adviser on Gender Issues And Advancement of Women (OSAGI)
  • Baldez, L. (2004). Why Woman Protest: Women’s Movements in Cile. Cambridge: Cambridge University Press.
  • Puryear, Jeffrey (1994). Thinking Politics: Intellectuals and Democracy in Cile, 1973–1988. Baltimore: The Johns Hopkins University Press.
  • World Economic Forum. (2017). The Global  Gender Gap Report 2017. Geneva: World Economic Forum
  • Mooney, Pieper. (2010). Forging Feminisms under Dictatorship: women’s international ties and national feminist empowerment in Chile, 1973–1990. Women’s History Review.  19(4), 613-630. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun