Mohon tunggu...
Gina Resiana
Gina Resiana Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

menulis, membaca, nonton

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keluarga, Pagar Utama Melawan Kejahatan Seksual pada Anak

17 April 2024   05:02 Diperbarui: 17 April 2024   05:06 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

 Ada sebuah lagu yang menarik untuk memahamkan hal-hal di atas supaya dapat mudah dimengerti oleh anak-anak, kurang lebih seperti ini bunyinya.

'Sentuhan boleh-sentuhan boleh, kepala tangan kaki, karena sayang-karena sayang-karena sayang. Sentuhan tidak boleh--sentuhan tidak boleh, yang tertutup baju dalam, hanya diriku -- hanya diriku, yang boleh menyentuh.'

Memberikan pemahaman dengan lagu-lagu dan bernada seperti di atas  akan memberikan kesan yang baik pada anak, dan juga akan mudah mengingatnya untuk diri mereka sendiri. Selain itu juga dapat mempererat hubungan diantara anggota keluarga pada saat menyanyikannya.

Di Indonesia banyak sekali kasus-kasus pelecehan seksual yang terjadi kepada anak. Baik dilakukan oleh orang dewasa kepada anak, atau anak terhadap anak lainnya. 

Dilansir dari Dataindonesia.id, pada tahun 2022 terjadi 9.588 kasus pelecehan pada anak, angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, yakni meningkat sebanyak 4.162 kasus.

Kasus terbaru yang terjadi adalah pelecehan oleh 11 orang laki-laki kepada satu orang anak di bawah umur di Sulawesi Tengah pada akhir Mei 2023. Kasus lainnya di Banyumas, seorang anak dilecehkan oleh delapan orang laki-laki diwaktu dan tempat yang sama.

Selain di dalam negeri, di kancah internasional pelecehan seksual pada anak lebih banyak terjadi. Bahkan dalam kurun waktu tujuh dekade sebanyak 330.000 anak menjadi korban pelecehan sebuah Gerekan Katolik di Prancis.

Mengapa hal ini terjadi? Salah satu faktornya adalah kurangnya pengetahuan anak tentang anggota tubuh mana saja yang tidak boleh disentuh dan dilihat oleh orang lain. Terdapat upaya untuk menanamkan mengenai hal ini, salah satunya adalah upaya dari orang tua atau keluarga.

Seorang tersangka pelecehan seksual yang pernah di penjara selama 12 tahun karena melecehkan lebih dari 300 anak menyebutkan karakteristik dalam memilih korbannya. Ia tidak memilih korban yang dekat dengan keluarganya, terutama jika anak tersebut dekat dengan ayah yang akan sepenuhnya melindunginya dari segala keburukan. Yang kedua, dia tidak akan memilih korbannya yang memiliki teman untuk berbagi cerita.

Dari ungkapan tersangka ini berarti, begitu besar pengaruh keluarga terhadap perkembangan seorang anak, sampai seorang penjahat sekalipun akan takut jika korban yang akan menjadi targetnya dekat dengan anggota keluarganya. Point kedua adalah bercerita, anak-anak suka bercerita, baik kepada orang tua ataupun pada temannya.

Kasus-kasus pelecehan seksual ini sangat sulit untuk dibuktikan, apalagi jika seorang korban tidak mampu menceritakannya. Terutama jika korban merasa tidak memiliki orang yang dapat membantu dan mendengarkannya, karena dia sendiri merasa malu. Ditambah dengan pembahasan mengenai seksualitas yang masih dianggap tabu, terlebih lagi pada masa usia dini yang sering dianggap belum memahami hal-hal dewasa seperti seksualitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun