2. Pembekalan yang memadai
  Mahasiswa perlu dilatih, baik soal komunikasi sosial, manajemen program, maupun keterampilan teknis. Ini akan membuat mereka lebih siap dan percaya diri.
3. Monitoring dan evaluasi yang ketat
  KKN tidak boleh dilepaskan begitu saja. Kampus harus terus mendampingi, memantau, dan mengevaluasi agar program tepat sasaran.
4. Kolaborasi lintas disiplin
  Mahasiswa dari berbagai jurusan sebaiknya digabung dalam satu tim. Dengan begitu, masalah di desa bisa diselesaikan dengan pendekatan multidisipliner.
Jika hal-hal ini diperhatikan, saya yakin KKN akan semakin kuat, bukan hanya sebagai kewajiban akademik, tetapi sebagai model pendidikan karakter yang nyata.
Lebih dari Sekadar Kewajiban
Enam minggu KKN Mandiri telah mengajarkan saya bahwa pengabdian bukanlah hal besar yang harus selalu spektakuler. Ia bisa hadir dalam bentuk sederhana: senyum anak-anak saat belajar, sapaan warga yang ramah, atau tangan-tangan yang bekerja sama membersihkan masjid.
KKN memang hanya satu mata kuliah, tetapi bagi saya ia adalah pengalaman hidup. Ia mengingatkan bahwa ilmu tidak boleh berhenti di kampus, tetapi harus bermanfaat untuk masyarakat.
Karena itu, saya berpendapat bahwa KKN seharusnya tidak dipandang sekadar kewajiban untuk lulus, melainkan sebagai ruang pembelajaran karakter dan pengabdian yang sesungguhnya. Perguruan tinggi harus terus mempertahankannya, bahkan memperkuatnya.