"If you want to think something over, it is best to do so while smoking."
Judul: Gadis Kretek/Cigarette Girl
Penulis: Ratih Kumala (2012)
Halaman: 284 Hal
Sinopsis
Pak Raja sekarat. Dalam menanti ajal, ia memanggil satu nama perempuan yang bukan istrinya; Jeng Yah. Tiga anaknya, pewaris Kretek Djagad Raja, dimakan gundah. Sang Ibu pun terbakar cemburu terlebih karena permintaan terakhir suaminya ingin bertemu Jeng Yah. Maka berpacu dengan malaikat maut, Lebas, Karim, dan Tegar, pergi ke pelosok Jawa untuk mencari Jeng Yah, sebelum ajal menjemput sang Ayah.
Perjalanan itu bagai napak tilas bisnis dan rahasia keluarga. Lebas, Karim dan Tegar bertemu dengan buruh bathil (pelinting) tua dan menguak asal-usul Kretek Djagad Raja hingga menjadi kretek nomor 1 di Indonesia.Â
Lebih dari itu, ketiganya juga mengetahui kisah cinta ayah mereka dengan Jeng Yah, yang ternyata adalah pemilik Kretek Gadis, kretek lokal Kota M yang terkenal pada zamannya.
Apakah Lebas, Karim dan Tegar akhirnya berhasil menemukan Jeng Yah?
Gadis Kretek tidak sekadar bercerita tentang cinta dan pencarian jati diri para tokohnya. Dengan latar Kota M, Kudus, Jakarta, dari periode penjajahan Belanda hingga kemerdekaan, Gadis Kretek akan membawa pembaca berkenalan dengan perkembangan industri kretek di Indonesia. Kaya akan wangi tembakau. Sarat dengan aroma cinta.Â
Ngeracun
[hanya untuk orang-orang yang oke dengan spoiler]
Disclaimer aku membaca versi inggrisnya bukan versi aslinya, bahasa indonesia. Sebenarnya sayang juga sih, mengingat ini sastra. Aku jadi kurang merasakan esensi kuatnya kalimat-kalimat ketika diterjemahkan dalam bahasa inggris.Â
Enggak jelek terjemahnya, cuma jadi kurang kuat rasanya saja. Karakter Jeng Yah atau Dasiyah ini baru muncul di setengah novel, jadi jangan kebelet pengin ketemu Jeng Yah atau berekspektasi novel ini difokuskan pada plot pencarian Jeng Yah oleh tiga bersaudara Tegar, Karim dan Lebas. Because after all, it's a historical literature. Jadi walaupun maju-mundur alurnya, alur mundurnya lebih banyak.
Ada dua poin inti yang bisa aku simpulkan dari novel ini:
- Sejarah industri kretek
- Peran Perempuan
Dua hal ini dikombinasikan dalam cover buku Gadis Kretek (memperlihatkan seorang gadis berpakaian kebaya jaman dulu dengan rokok/kretek di sela jarinya bersama asap mengepul di depan wajahnya). Interpretasi ketika kita melihat cover novel ini mungkin: Oh, ini pasti tentang kehidupannya si Jeng Yah lalu ada sangkut pautnya dengan industri kretek/rokok.Â
Prasangka ini benar, tapi belum sepenuhnya benar. I mean, it's beyond that. As I did mention before, ekspektasi tentang fokus plot pencarian Jeng Yah, atau kisah kehidupan Jeng Yah, itu hanya bagian kecil dari plot besar novel ini yaitu: sejarah kretek dan perkembangan bisnisnya.Â
Jadi aku merasa agak tersesat selama membaca novel ini, karena jujur ekspektasiku adalah itu semua. Selain itu, dengan iming-iming penjabaran sejarah kretek di Indonesia, selama membaca aku lumayan keblinger dengan sejarah asli kretek dengan fiksinya, seperti... semua terjalin jadi satu sehingga mengaburkan informasi faktual dengan kisah fiksinya.Â
Belum lagi dengan susahnya untuk mengidentifikasi tokoh masa sekarang atau masa lalu, jadi baru sadar kalau sudah membaca sehalaman untuk mengerti perubahan masa.
Bisa kusimpulkan ini adalah cerita tentang sejarah industri kretek di Indonesia, dibungkus melalui kisah persaingan Idroes Moeria dan Djagad untuk mendapatkan cinta Roemaisa hingga akhirnya persaingan bisnis kretek antar keduanya.Â
Kemudian Idroes Moeria berhasil mendapatkan hati Roemaisa dan memiliki dua anak, Dasiyah dan Rukayah. Dari Dasiyahlah dimulai bisnis Kretek Gadis dengan hasil racikan tangan Dasiyah yang sudah bertahun-tahun belajar dan mengamati pembuatan kretek di pabrik milik ayahnya. Djagad dan Idris Moeria terus bersaing sembari ekspansi bisnis mereka dari kota kecil sampai ke kota-kota besar.
Tentang perempuan, dari novel ini kita bisa lihat peran perempuan dalam bisnis kretek. How women are portrayed as attraction for men to sip the taste of kretek.Â
Selain itu perjuangan Dasiyah meyakinkan ayahnya untuk mengubah srategi bisnis, pemikiran maju yang melangkahi lawan jenisnya. Tapi seringkali cinta jadi kelemahan, perlahan collapse-nya bisnis kretek Dasiyah salah satu faktornya selain karena dinamika G30S juga karena cintanya pada Raja.Â
Setelah cerita difokuskan pada Idris Moeria dan Djagad, bagian duanya adalah kisah cinta Dasiyah dan Soeraja (ayah tiga bersaudara pewaris Djagad Raja Kretek), yang sebenarnya lumayan menyenangkan diikuti dibandingkan cerita bagian satunya. Alasan kenapa pada akhirnya cinta Jeng Yah dan Pak Raja enggak bisa bersatu walaupun cinta mereka selalu ada satu sama lain.
Soeraja remembered how Jeng Yah would close her eyes as her nimble fingers would pull out a handful of tobacco and bring it to her nose. She would inhale the tobacco's fragrance.
Nilai plus lainnya adalah, novel ini sarat akan penggambaran budaya dan kromo-nya Indonesia. Mengingat ini alur dari sebelum merdeka, merdeka, pasca merdeka dan peristiwa besar tahun '65.Â
Dan tentu saja budaya jaman sekarang yang sangat deskripsikan melalui perilaku Lebas. Jadi, bagi pecinta sejarah, jangan pikir dua kali untuk baca buku ini. Oh ya, siap-siap juga dengan beberapa plot twist di akhir.