Well, para pemain yang ikut bernyanyi di sini memanglah bukanlah penyanyi asli layaknya Sherina dan Derby Romero di Petualangan Sherina 2. Namun suaranya oke banget untuk para pendatang baru. Membuat cerita yang ceria jadi lebih segar, pun bagian cerita yang sedih pun ikut bisa hanyut di dalamnya.
Lagu-lagu yang dibawakan pun merupakan soundtrack original yang 2002 lalu menjadi soundtrack AADC. Bagi beberapa Kompasianer yang sempat merasakan booming-nya AADC kala itu pasti sedikit banyak akan bernostalgia. Sementara itu untuk para muda-mudi yang justru baru pertama kali nonton cerita Rangga Cinta, akan langsung disuguhkan dengan kemasan fun serta membangkitkan semangat khas anak SMA yang kasmaran.
CERITA LAMA YANG MASIH MANIS
Saya percaya bahwa Miles Film beserta jajarannya tidak akan semudah itu memilih para pemain untuk menghidupkan karakter-karakter lama yang sudah ada, khususnya Rangga dan Cinta. Keputusan memilih dua tokoh utama yaitu El Putra dan Leya Princy sudahlah sangat tepat bagi saya pribadi yang sebelumnya mengikuti AADC pertama dan kedua.
Chemistry keduanya benar-benar hidup menghadirkan sosok Rangga dan Cinta baru dalam semesta yang berbeda. Memang, pastilah banyak orang yang akan membandingkan Nicholas Saputra dan Dian Sastro sebagai sosok originalnya. Namun layaknya konsep rebirth, ada pemain baru dengan cerita lama yang tetap dipertahankan.
Menurut saya pribadi Leya dan El cukup apik memerankan sosok Cinta dan Rangga. Bagaimana cara mereka bicara, saling tatap, bicara, bahkan hingga hal kecil lain menjadikan mereka ikon baru dalam cerita romansa.
Ikatan Rangga dan Cinta versi baru inilah yang kemudian bisa membuat saya sebagai penonton untuk tetap suka pada cerita mereka meskipun sudah tahu akhirnya seperti apa. Manisnya masa sekolah hingga kegalauan akan cinta yang labil masih tetap terasa dikemas dengan konsep yang lebih segar.
KONSEP WAKTU YANG SEBENARNYA CUKUP TANGGUNG
Satu hal yang mengganjal dari film ini ialah konsep waktunya yang tetap menggunakan latar tahun 2000-an awal. Di mana ponsel belum terlalu populer, kendaraan masih klasik, telepon rumah jadi andalan komunikasi, hingga beberapa fashion yang tentunya tidak sekontras sekarang.
Sementara itu dengan tema musikal yang begitu segar serta pemerannya yang rata-rata Gen Z, saya pikir latar waktu akan berada di tahun 2020-an mengikuti perkembangan zaman sekarang. Nyatanya tetap dibuat jadul.