"Angkasa, kamu udah bangun?" tanya ibunya sedikit terkejut.
"I-iya, Bu."
"Mau bantu ibu bikin kue? Pesanan menjelang lebaran ini ternyata lebih banyak dari tahun lalu."
"Bo-boleh."
Angkasa menuju wastafel untuk mencuci tangannya agar steril. Di cermin bundar yang kini tepat ada di sana, seorang pria berusia 30 tahun itu tiba-tiba menjadi lebih muda 20 tahun. Ini memang dirinya, tapi ketika masih berada di bangku Sekolah Dasar.
Banyak adonan yang kemudian dibuat untuk jenis kue yang berbeda jenis. Tahun ini, ternyata kue kastangel lah yang pesanannya paling banyak. Angkasa membantu memarut keju sebagai hiasan yang nanti akan ditaburkan di bagian atas kue. Sementara itu ibunya sibuk melakukan banyak pekerjaan agar pesanan bisa diselesaikan tepat waktu.
Ada rasa lelah yang sekilas terlintas dalam wajah itu. Tapi Angkasa selalu tahu bahwa ibunya selalu menikmati setiap rasa lelah itu meski harus berjuang seorang diri.
"Bu..." katanya pelan yang nyaris tak terdengar.
"Ya, Nak?"
"Kenapa kita nggak tuntut Bapak untuk menafkahi kita? Kalau begitu, bukannya kita bisa hidup lebih layak tanpa harus bersusah payah begini?"
Ibunya tersenyum tulus, mendekat ke arahnya, lalu mengacak pelan rambutnya yang ikal.