Tidak terasa kita sudah berada di separuh bulan Ramadan. Selama kurang lebih setengah bulan inilah kita semakin terbiasa berpuasa dan merasakan segala suasana khas Ramadan yang kental. Mulai dari berburu takjil, mencari baju lebaran, hingga mempersiapkan hampers untuk kerabat dan keluarga terdekat.
Hal yang jadi tersorot di tengah suasana Ramadan yang hangat ini adalah harga bahan pokok sering kali naik. Tak hanya di awal puasa, namun juga di waktu menjelang hari raya. Sebagai konsumen, kita pun harus pintar mengatur strategi agar kebutuhan tetap terpenuhi, namun kantong harus aman.
Membuat list dan menghemat anggaran adalah salah satu hal instan yang bisa langsung dilakukan. Ketika mencari kebutuhan misalnya, kita langsung memilah dan memilih barang yang jadi prioritas utama, lalu melihat juga harga lebih rendah untuk produk yang sama. Jika diterapkan dengan sungguh-sungguh, sisa anggaran sebelumnya bisa digunakan dan disimpan untuk kebutuhan lain.
Di satu sisi, kita juga bisa merasakan bahwa kondisi ekonomi negara sedang tidak baik-baik saja. Dimulai dari tingginya angka PHK, kebutuhan pokok yang kian melonjak harganya, hingga perusahaan yang terpaksa gulung tikar karena tak bisa lagi memenuhi kebutuhan operasionalnya,
Semua ini kemudian berlanjut pada daya beli masyarakat yang kian menurun tiap harinya. Bahkan ketika melihat curhatan netizen di aplikasi X/twitter, mereka mengatakan bahwa kondisi mal sampai penjual takjil pun lebih sepi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Padahal momen puasa seperti ini biasanya jadi momen emas bagi pelaku pengusaha dalam sektor apapun.
Saya yang lebih dari 4 tahun ini bekerja di perusahaan ritel, terutama bidang fashion dan kebutuhan rumah tangga pun sangat bisa merasakan penurunan daya beli konsumen ini yang menyebabkan turunnya omzet dibandingkan tahun lalu.
Tentunya ini jadi dilema tersendiri ketika konsumen harus berhemat, namun di satu sisi pelaku usaha pun dituntut untuk tetap bisa menjual produknya untuk memenuhi target.
UMKM YANG LAHIR DARI DESAKAN EKONOMI
Pernahkah Kompasianer memperhatikan bahwa semakin ke sini banyak sekali orang terdekat kita yang banting setir ataupun memiliki side job dengan usaha kecil-kecilan. Mulai dari menjual makanan, hampers sederhana, ataupun sajikan takjil untuk berbuka.
Di satu sisi mungkin memang banyak dari mereka yang sengaja memanfaatkan momen ini untuk mencari tambahan penghasilan, ataupun memang sejak awal punya jiwa wirausaha yang tinggi.
Tapi tak bisa dipungkiri bahwa banyak juga dari mereka yang beralih ke profesi usaha karena memang dituntut keadaan. Entah jadi korban PHK, penghasilan dari pekerjaan utama tidak tertutupi, hingga faktor lain yang menyebabkan mereka mau tak mau harus memulai usaha.
Memulai usaha kecil-kecilan pun jadi langkah cepat yang diambil. Mulai dari jualan takjil misalnya, membuat hampers untuk dijual kembali, membuat kue lebaran, hingga jadi reseller untuk baju hari raya.
Hal sinilah yang membuat pelaku UMKM jadi semakin banyak dan secara tak langsung memiliki saingan tersendiri dari sesama pelaku UMKM. Lagi-lagi, persaingan mencari uang terus berlanjut untuk tetap bisa memikat hati konsumen.
MULAI BELANJA DARI UMKM
Seperti judul dari tulisan ini, memang topiknya saya fokuskan mengajak para pembaca untuk mulai melirik UMKM dalam memenuhi kebutuhan harian. Contohnya seperti membeli takjil atau gorengan untuk menu berbuka. Bisa mulai beli dari sekitar rumah saja dulu, atau di pinggir jalan yang memang kelihatan dagangannya sepi.
Lalu jika misalnya sedang butuh baju baru untuk lebaran, bisa mulai mencari di pasar tradisional atau kenalan dekat yang menjual baju yang kita inginkan. Jangan sungkan untuk bertanya soal kualitas bahan, ukuran, hingga pilihan warna. Mereka yang mulai merintis usaha seperti ini akan sangat senang jika ada calon pembeli, sehingga pelayanannya pun akan maksimal.
Harga yang ditawarkan pun biasanya bisa lebih murah dibandingkan jika kita harus datang langsung ke pusat perbelanjaan yang jaraknya jauh, membutuhkan uang bensin, hingga berdesakan dengan banyak orang. Jika ada opsi untuk belanja online atau COD pun bisa lebih menghemat waktu agar kita bisa tetap santai di rumah.
Tak sekadar takjil dan baju lebaran saja ya, karena pelaku UMKM di luar sana masih sangat banyak dan kehadiran kita sebagai calon pembeli setidaknya sedikit banyak membantu usaha mereka.
WIN WIN SOLUTION UNTUK PEMBELI
Kondisi ekonomi negara yang menurun, membuat kita sebagai pembeli jadi lebih kritis dalam memilih sesuatu untuk dibeli. Skala prioritas pun dibutuhkan agar tidak salah langkah yang berefek panjang ke depan.
Nah, dengan kita belajar belanja di UMKM ini menjadi sebuah win win solution untuk tetap bisa belanja tapi sekaligus berhemat di kondisi yang serba tidak pasti. Kita bisa lebih leluasa memilih harga dan kualitas yang diinginkan karena pilihan dari UMKM pun banyak.
Dari sisi pelaku UMKM pun tentunya akan sangat terbantu dengan kehadiran kita yang akan membeli produknya. Ini jadi simbiosis yang saling menguntungkan satu sama lain.
Ada satu artis yang beberapa waktu ke belakang ini sangat mendukung kehadiran UMKM, yaitu Ayu Ting Ting. Di channel YouTubenya ia sering join ke live tiktok UMKM yang penontonnya sepi, kemudian membeli barang dagangannya bahkan mempromosikan secara gratis.
Tak sampai sana saja, Ayu Ting Ting juga pernah datang langsung ke sebuah pujasera dan memborong setiap dagangan para pelaku UMKM di sana.
Contoh nyata ini menjadi bukti lain bahwa hubungan antar konsumen-pembeli akan saling berhubungan dan saling menguntungkan. Ayu punya bahan konten untuk YouTube nya, pun pelaku UMKM jadi dapat endorse gratis karena langsung dipromosikan oleh artis yang punya pengikut jutaan.
Apa yang dilakukan Ayu Ting Ting bisa kita lakukan juga dengan mendukung produk UMKM, terutama UMKM yang baru merintis dan sepi pembeli. Yakinlah bahwa kehadiran kita akan sangat berarti untuk mereka.
...
Nah itu tadi sedikit ulasan saya untuk bisa berhemat di bulan Ramadan ini, namun juga bisa membantu rekan-rekan lain dari UMKM dalam menjalankan usahanya. Kalau Kompasianer punya langkah apa, nih? Yuk, saling sharing juga!
Semoga tulisan ini bermanfaat dan memberi perspektif baru dalam dunia financial ya. Akhir kata, sampai jumpa di tulisan selanjutnya!
-M. Gilang Riyadi, 2025-
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI