Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Author

Book, movie/series, and fiction enthusiast contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Yuk, Belajar Memahami Kandungan Gizi dalam Makanan-Minuman Kemasan

10 Februari 2025   21:53 Diperbarui: 11 Februari 2025   08:03 1687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi makanan dan minuman kemasan yang banyak dijual di supermarket/minimarket (image by Pexels/Hobi Industri)

"Wah haus nih. Beli minuman manis dingin di minimarket seger kali, ya."

Hayo, siapa yang sering mengalami momen seperti ini? Memang mencari minuman dingin kemasan di minimarket menjadi cara instan untuk melepas dahaga, terlebih jika rasanya manis.

Saya pun sama kok kalau ke minimarket kadang beli minuman manis. Biasanya sih kopi dengan rasa yang cukup pahit. Selain kopi kemasan, masih banyak pilihan minuman lain seperti teh, susu, jus, soda, dan masih banyak lagi.

Dalam beberapa case, rasanya tidak lengkap juga jika tidak beli camilan seperti keripik kentang, roti, biskuit, ataupun yang lain. Akhirnya sekalian beli aja sekadar untuk mengganjal perut. Gimana, pernah juga, kan?

Tapi, sekarang coba pikir deh.

Pernahkah kalian memperhatikan kandungan gizi yang tertera di kemasan makanan dan minuman yang dibeli?

Tulisannya memang kecil dan sering kali dilewatkan oleh para pembeli karena dianggap kurang penting. Padahal, komposisi hingga kandungan gizi yang tertera di sana memberikan informasi detail mengenai ada apa saja yang terkandung dari produk yang kita beli tadi.

Membaca kandungan gizi seperti ini pun tidak bisa sembarang agar tak terkecoh, lho.

Ya meski saya sendiri bukanlah ahli gizi, tapi berbekal informasi di internet dan konten-konten yang suka lewat di timeline sosmed, perlahan saya tahu ternyata memang penting untuk memperhatikan kandungan gizi, apalagi jika kita benar-benar bisa memahaminya.

Maka dari itu di tulisan inilah saya ingin mengajak Kompasianer untuk pelan-pelan belajar dalam memahami kandungan gizi yang ada di setiap makanan minuman kemasan. Harapannya kita semua bisa lebih bijak lagi dalam memilih sesuatu yang dikonsumsi itu apa benar layak atau tidak.

Yuk, kita simak di sini!

KOMPOSISI

Hal pertama yang mesti diperhatikan adalah KOMPOSISI, karena dari sinilah kita akan benar-benar tahu apakah produk yang dibeli itu sesuai dengan nama yang dijual oleh sebuah merek.

Misal seperti kopi, teh, jus, keripik singkong, dan lain-lain. Karena tak jarang justru kandungan yang ada di dalamnya meleset dari apa yang sebenarnya mereka jual.

Kita ambil contoh kopi kemasan. Yakin kalau itu benar-benar terbuat dari kopi seperti yang kita beli di kafe kopi kekinian? Berapa memangnya kandungan kopi asli yang biasanya ada di minuman kopi kemasan? 

Saya akan ambil sampel dari salah satu kopi kemasan yang biasa dijual di minimarket tanpa menyebutkan mereknya. Komposisi utama bukanlah kopi, melainkan air dan gula. Dari gambar di bawah ini bahkan bisa dilihat bahwa kandungan kopi nya hanya 1% saja.

Komposisi kopi kemasan dari salah satu merek (image by M. Gilang Riyadi/dokpri)
Komposisi kopi kemasan dari salah satu merek (image by M. Gilang Riyadi/dokpri)

Contoh kedua kita ambil dari susu. Apakah Kompasianer yakin telah membeli yang kandungan utamanya benar-benar susu? Mari kita bahas.

Saya mengambil contoh dari 2 produk susu kemasan yang pasti sering dilihat bahkan dibeli kalian di minimarket. Coba deh perhatikan komposisi utamanya. 

Dari gambar di atas, produk A dengan rasa coklat memiliki kandungan susu sapi segar sebanyak 90%, sementara di produk B dengan rasa sama, kandungan susu segarnya hanya 20%-an. Di mana produk B masih banyak kandungan tambahan meski kandungan susunya sangat sedikit. Bedanya jauh sekali, bukan?

Contoh komposisi susu kemasan merek A (image by M. Gilang Riyadi/dokpri)
Contoh komposisi susu kemasan merek A (image by M. Gilang Riyadi/dokpri)

Contoh komposisi susu kemasan merek B (image by M. Gilang Riyadi/dokpri)
Contoh komposisi susu kemasan merek B (image by M. Gilang Riyadi/dokpri)

Ini membuktikan bahwa tidak semua susu mengandung susu yang benar-benar susu. Duh, ribet sih, tapi paham kan maksudnya?

Sebenarnya memang tak ada yang salah, tapi harus menjadi perhatian khusus bahwa baik makanan minuman seperti ini tidak dianjurkan dikonsumsi setiap hari.

Bukan sekadar kandungannya saja, melainkan ada tambahan gula yang cukup tinggi (yang akan dibahas selanjutnya). Kalau dikonsumsi sesekali saja sepertinya masih aman, kok.

Untuk membuktikannya lagi, Kompasianer bisa mengecek juga untuk produk-produk lain seperti jus kemasan, keripik singkong, minuman berasa, dan masih banyak yang lainnya.

GULA

Hal tak kalah penting selanjutnya untuk diperhatikan adalah GULA yang menjadi cikal bakal penyakit diabetes jika dikonsumsi terlalu banyak terus-menerus. Sayangnya orang-orang tidak begitu menyadari betapa berbahayanya gula jika tidak dikontrol.

Bukan berarti tak boleh dikonsumsi, tentu ini juga penting bagi tubuh, hanya saja kita harus mulai belajar untuk tahu berapa batas konsumsi gula harian, juga berapa gula yang sudah dikonsumsi dalam sehari. Kita coba belajar bareng yuk!

Batas konsumsi gula harian untuk anak-anak setidaknya sekitar 24 gram sehari yang diambil dari website alodokter. Sedangkan untuk dewasa yang dikutip dari sehatnegeriku.kemkes.go.id, untuk orang dewasa setidaknya sebanyak 50 gram.

Lalu, ada berapa gula yang terkandung dalam sebuah makanan-minuman kemasan?

Kandungan gizi yang ada di balik kemasan ditulis bukan sekadar untuk diabaikan. Kita sebagai konsumen bisa kok mengeceknya langsung. Kali ini saya ambil contoh dari salah satu minuman susu kemasan.

Kandungan gula pada susu kemasan rasa coklat (image by M. Gilang Riyadi/dokpri)
Kandungan gula pada susu kemasan rasa coklat (image by M. Gilang Riyadi/dokpri)

Jumlah gula yang tertera untuk susu coklat ini adalah 23 gram. Sementara untuk kandungan gula dari merek sama tapi dengan rasa full cream gulanya hanya 8 gram saja. Memang biasanya untuk rasa full cream/plain seperti ini hanya ada kandungan gula alami (laktosa) tanpa ada gula tambahan (sukrosa).

Kandungan gula dalam susu kemasan rasa full cream (image by M. Gilang Riyadi/dokpri)
Kandungan gula dalam susu kemasan rasa full cream (image by M. Gilang Riyadi/dokpri)

Coba bayangkan deh berapa gula yang sudah kita konsumsi hari ini. Apa masih ada di batas yang aman?

Kita sebagai orang dewasa mungkin masih bisa mengontrolnya, tapi justru cukup berbahaya untuk anak-anak yang bisa seenaknya mengkonsumsi apapun yang mereka suka.

Hal ini menjadi PR penting bagi orang tua untuk bisa mengatur apa saja yang aman dikonsumsi atau tidak supaya tidak jadi bom waktu bagi mereka ketika beranjak dewasa.

Itu tadi contoh produknya baru dari susu saja. Masih banyak contoh makanan minuman kemasan lain seperti biskuit, soda, minuman vitamin C, dan lainnya yang juga punya kandungan gula tinggi.

TAKARAN SAJI

Yang tak boleh terlewatkan selanjutnya adalah TAKARAN SAJI di mana orang-orang bisa sedikit terkecoh jika tidak membacanya dengan baik. Kita akan ambil dari salah satu produk teh manis kemasan dari salah satu merek produsen minuman.

Salah satu contoh kandungan gizi di minuman teh kemasan (image by M. Gilang Riyadi/dokpri)
Salah satu contoh kandungan gizi di minuman teh kemasan (image by M. Gilang Riyadi/dokpri)

Minuman di atas berat bersihnya adalah 300 ml, namun dalam kandungan gizinya ditulis per 200 ml saja. Bisa dilihat juga ada tulisan 1.5 sajian per kemasan. Lihat lagi bahwa kandungan gula dalam minuman ini sebesar 21 gram.

Ingat bahwa kandungan ini adalah 1.5 sajian di mana jumlah 21 gram harus dikali 1.5 dulu untuk mengetahuinya secara benar dan tepat. Itu artinya dalam produk ini kandungan gulanya bukan hanya 21 gram saja, melainkan sampai 31 gram.

Lihat, ternyata begitu tinggi, kan?

Kandungan gizi dalam salah satu keripik kentang kemasan (image by M. Gilang Riyadi/dokpri).
Kandungan gizi dalam salah satu keripik kentang kemasan (image by M. Gilang Riyadi/dokpri).

Selanjutnya kita akan ambil contoh dari snack keripik kentang. Di sini tertulis 6 sajian per kemasan. Itu artinya, setiap kandungan gizi yang tertulis harus dikali 6 terlebih dahulu. Atau jika ingin menyesuaikan dengan kandungan yang tertera, kita cukup mengkonsumsinya 1/6 nya saja.

Jika nekad menghabiskan 1 bungkus seperti ini sendirian, maka lihat kembali ada kandungan garam sebanyak 100mg. Itu artinya total garam yang dikonsumsi sebesar 600mg.

KALORI

Setiap orang sebenarnya membutuhkan jumlah kalori yang berbeda-beda tergantung dengan berat tubuhnya ataupun jenis kegiatan sehari-harinya. Setidaknya, jumlah yang dibutuhkan sekitar 2000 kalori.

Nah dalam setiap makanan minuman kemasan ini terdapat jumlah kalori yang terkandung di dalamnya yang biasanya disesuaikan dengan kurang lebih kebutuhan 2000 kalori. Misalnya jumlahnya adalah 200 kalori per kemasan.

Hal ini bisa jadi pertimbangan seseorang apakah ia sedang melakukan surplus atau defisit kalori. Surplus kalori biasanya dilakukan untuk seseorang yang ingin menambah jumlah kalori untuk menaikkan berat badan atau masa otot. Sebaliknya, untuk defisit adalah upaya penurunan kalori yang dilakukan untuk mengurangi berat badan.

Dengan mempertimbangan hal ini seseorang tentunya bisa memilih dan mengontrol berapa kalori yang mereka butuhkan dan apakah sebuah makanan minuman kemasan bisa layak dikonsumsi atau tidak.

KANDUNGAN LAIN

Selain 4 hal tadi, ada juga beberapa KANDUNGAN LAIN yang bisa diperhatikan seperti kandungan lemak, garam, kalsium, protein, karbohidrat, vitamin dan masih banyak yang lain. Sama seperti di poin 3 di mana untuk membacanya perlu dilihat dulu jumlah takaran sajinya agar tidak terkecoh.

Contoh kandungan gizi dalam sebungkus biskuit oat (image by M. Gilang Riyadi/dokpri)
Contoh kandungan gizi dalam sebungkus biskuit oat (image by M. Gilang Riyadi/dokpri)

Nah, dengan memperhatikan setiap kandungan gizi di setiap makanan-minuman kemasan ini tentunya mempermudah kita memilih dan memilah mana saja yang bisa dikonsumsi. Tak hanya itu, kita pun bisa mengontrol seberapa jauh boleh mengkonsumsinya dengan menyesuaikan badan kita sendiri.

Hal ini memang terlihat sepele sebenarnya, tapi percayalah akan jadi bekal yang sangat cukup untuk masa depan. Karena jika bukan diri sendiri yang merawatnya, lalu siapa lagi?

Kalau Kompasianer sendiri bagaimana nih, punya cara tersendiri juga untuk membaca kandungan gizi? Atau punya pengalaman menarik lainnya? Yuk, kita saling berbagi di kolom komentar.

Nah, itu tadi sedikit ulasan sebagai pengingat diri tentang makanan-minuman kemasan. Semoga bermanfaat ya untuk para pembaca. Akhir kata, sampai jumpa di tulisan selanjutnya!

-M. Gilang Riyadi, 2025-

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun