Seperti 400 tahun silam terjadi wabah Marseille atau disebut juga The Great Plague of Marseille pada tahun 1720, pandemi kolera tahun 1820, flu Spanyol 1920, hingga Corona 2020 ini.
Opsi dan Konsekuensi
Adapun penulis akan berupaya menyambung benang merah dari data yang telah diuraikan di atas. Secara teori IOC atau Komite Olimpiade Internasional mempunyai wewenang untuk membatalkan atau memindahkan kota tuan rumah.
Mengapa tidak ada opsi ditunda? Sebab akan sangat sulit memasukan jadwal baru ke dalam kalender olahraga yang sangat padat.
Jika bicara dua opsi yang telah tersedia memang cukup memberatkan bagi Jepang sendiri sebagai tuan rumah.
Seperti yang telah dinarasikan oleh data-data diatas, persiapan matang Jepang bisa berimbas pada kerugian yang besar. Namun sekali lagi, isu yang dihadapi Jepang memang tidaklah lebih ringan.
Pada dasarnya pihak manapun tidak akan mampu berkomromi dengan wabah. Opsi terbaik dari dua pilihan sebelumnya adalah menunggu sampai wabah mereda setidaknya sampai Mei.
Demikianlah manuver yang saat ini dipilih oleh IOC. Namun seperti yang dikatakan Tateda, ahli penyakit menular dari Jepang, butuh waktu panjang untuk memutus penyebaran virus yang berasal dari Wuhan ini. Indikasi batal justru lebih banyak terpaparkan disini.
Apalagi jika kita melihat siklus atau kutukan 40 tahunan Olimpiade yang menjadi bukti empiris yang kuat.Â
Tanpa harus menunggu keputusan IOC, demi tanggung jawab pada sesama (menghentikan penyebaran COVID-19) rasa-rasanya kita dapat menarik sebuah solusi kolektif dan membangun kesadaran secara kolektif pula bahwa nasib Olimpiade Tokyo 2020 berada dititik nadir.Â
Tidak ada yang lebih penting dari isu kemanusiaan. Toh pihak IOC saja masih enggan memberikan keputusan signifikan. Dalam arti mereka masih sekadar menunggu dan berharap Pandemi Corona teratasi.
Namun, ada satu kasus yang relevan dengan kejadian hari ini, hal ini bagus untuk disampaikan demi memelihara sedikit nasib dan harapan baik tentang Olimpiade Tokyo 2020.