Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Prostitusi Online: Saat Joystick Merindukan Mouse

13 September 2015   08:25 Diperbarui: 13 September 2015   08:25 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Saat joystick merindukan mouse"][/caption]

Jika dipikir-pikir, istilah "prostitusi online" bagi sebagian orang (termasuk saya) terasa absurd. Bagaimana tidak, jika istilah "pendaftaran online" digunakan untuk menunjukkan proses mendaftar melalui jaringan komputer /Internet, bukankah "prostitusi online" dapat diartikan sebagai prostitusi melalui jaringan Internet?

Apa? Belum terasa absurd-nya?

Pada pendaftaran online, proses pendaftaran dari mulai, proses, hingga selesai dilakukan melalui jaringan komputer. Berarti, prostitusi online itu semua prosesnya juga dilakukan melalui jaringan komputer/internet, dong? Pertanyaan selanjutnya adalah: macam mana transdusernya?

Jika pendaftaran online memerlukan berkas berupa gambar digital, maka transdusernya bisa berupa kamera digital atau scanner. Tinggal foto atau scan, kirim, diterima, beres, urusan selesai. Bagaimana dengan prostitusi online?

Memang, kamera digital dan atau scanner bisa juga merupakan perangkat pendukung prostitusi online, tetapi hanya sebagian prosesnya; orang bilang sebagai intro atau foreplay-nya saja. Lalu "eksekusinya" bagaimana? Kalau eksekusi dilakukan di luar jaringan internet, di luar dunia maya, maka istilah "prostitusi online" sekadar tipu-tipu belaka. Yang online cuma pemesanan alias booking-nya saja.

Karena dalam benak saya, prostitusi online berawal dan berakhir di dunia maya. Maka pikiran loncat pada macam apa transdusernya. Pikir punya pikir, kemungkinan penyedia layanan menggunakan mouse scroll dengan tombol tengah (middle button) sebagai "nganu digital", sedangkan konsumennya menggunakan joystick sebagai "nganu digitalnya". "Proses"-nya dilakukan secara tertukar, sang prostitute justru pegang joystick representasi "nganu konsumennya", sementara konsumennya mengoperasikan mouse yang merupakan representasi "nganu" prostitute-nya.

Dalam hal ini monitor komputer berperan menyajikan citra visual pandangan mata. Citra visual sang prostitute terpampang di monitor konsumen yang mengoperasikan mouse, sementara citra visual konsumen terpampang di monitor sang prostitute. Lalu bagaimana interaksinya? Mirip-mirip voodoo. Saat sang prostitute menyentuh joystick di hadapannya, si konsumen merasa "josystick" miliknya yang disentuh. Sebaliknya, saat konsumen mengoperasikan mouse dalam genggamannya, si prostitute gantian merasa "mouse"-nya sedang "dioperasikan". Jadi, yaa gitu deh. Resiprokal. *Are we staying in the same frequency? I hope so.

Okelah, secara teknis garis besarnya terpahami. Sekarang mengira-ngira model script-nya. Sulit. Hanya beberapa baris yang mampu tertangkap saat melintasi benak saya. Misalnya saya tulis dalam bentuk pseudocode berikut:

IF click THEN kilik-kilik
IF rollover THEN eluz-eluz
IF drag THEN cubit
IF cellulite THEN discount = TRUE
IF joystick.wet = TRUE THEN session = complete

…
dst.

Salam.

––––

Catatan
* Transduser = peralatan untuk mengonversi kuantitas fisik menjadi sinyal listrik atau sebaliknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun