Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Lolosnya Pembunuh dari Jeratan Hukum

17 Februari 2016   10:06 Diperbarui: 17 Februari 2016   18:59 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi TKP yang tak lagi valid diselidiki - freedailybiblestudy.com"][/caption]

Pokijan teman Pokijen, teman lama, teman akrab. Tapi bukan teman intim karena keduanya kebetulan sama-sama jantan. Kecuali jika aksi "pentung-pentungan" dianggap termasuk variasi jurus kamasutra.

Apapun bentuk pertemanan keduanya, faktanya sekarang Pokijan ditemukan tewas di sebuah tanah lapang. Kepalanya berdarah. Ahli forensik menyatakan lukanya akibat benturan benda tumpul. Tapi tak ada benda tumpul di situ. Hanya ada mobil balap merek Lamborgituan yang bagian depannya sedikit lecet dan berdarah terlihat parkir di dekatnya. Hasil lab menunjukkan bahwa darah yang keluar dari mobil yang lecet sama persis golongan, tipe rhesus, dan bahkan DNA-nya dengan darah Pokijan. Kesimpulan awal polisi yang sempat terekspos adalah bahwa Pokijan tewas tertabrak mobil Lamborgituan di tempat kejadian perkara alias TKP.

Kesimpulan awal polisi itu banyak menuai kecaman, baik dari masyarakat dunia nyata, dunia maya, maupun dunia absurd yang tak kasat mata. Polisi dianggap merekayasa perkara. Karena polisi tidak memiliki bukti rekaman CCTV yang menayangkan terjadinya benturan. Dan mobil Lamborgituan itu juga sama sekali tidak bisa disuruh mengakui pernah berbenturan dengan kepala Pokijan.

Tapi di dalam mobil lamborgituan itu sebenarnya ada Pokijen duduk di jok kemudinya. Dengan menebar senyum ke mana-mana, Pokijen cuma sekilas menatap tubuh Pokijan teman akrabnya yang membujur kaku di dekatnya. Saat polisi bertanya padanya, Pokijen cuma angkat bahu tanda tak tahu. Pokijen mengaku tak tahu mengapa Pokijan tewas. Pokijen cuma mengakui duduk di belakang kemudi mobil Lamborgituannya, tidak mengakui telah menggerakkan atau mengemudikannya.

Masyarakat pun mulai bersimpati  Pokijen. Kalau memang tak tahu ya tidak bisa dipaksa mengaku tahu, begitu pendapat sebagian dari masyarakat. Duduk di belakang kemudi mobil yang sedang bergerak pun belum tentu mengemudikannya. Apalagi mobilnya tak beratap. Jadi setiap orang lewat dan mendekat bisa saja mencolek setir, memutar kunci kontak, lalu kedua kakinya nyelonong menginjak pedal kopling dan gas. Jadi, menurut analisis sebagian masyarakat, misal pun Pokijan tewas karena benturan dengan mobil Lamborgituan yang berada di TKP, belum tentu Pokijen pelakunya meski secara nyata terlihat duduk di belakang kemudinya. Bisa jadi pelakunya orang lain yang lewat yang dengan keprofesionalannya memegang kunci kontak lalu memutarnya, menginjakkan kaki-kakinya ke pedal kopling dan gas sehingga mobil bergerak cepat membentur kepala Pokijan tanpa sedikitpun diketahui oleh Pokijen yang duduk di belakang kemudi.


"Jangkrik‼" Orang-orang memaki polisi. Jangkrik itu hewan yang aktif saat malam, saat eksistensi visual kambing hitam memang tidak kelihatan. Mereka pikir Pokijen sekadar kambing hitam target untuk ditersangkakan. Mereka ingin tersangkanya orang lain, harus orang lain dan yang tidak disangka-sangka. Dengan demikian skenarionya lumayan berbobot untuk didiskusikan secara keilmuan novel-novel karangan. Dalam dunia harapan dan angan-angan, mereka telah membebaskan Pokijen dari segala tuduhan.

[caption caption="Gryllus bimaculatus (Sumber gambar: www.nhptv.org)"]

[/caption]

"Gangsir‼ pemimpin polisi gantian memaki. Gangsir itu mirip jangkrik, tetapi lebih besar. Anak-anak tidak suka memeliharanya karena suaranya nyaris tanpa jeda dan irama. Bikin berisik tak ada seninya.

[caption caption="Gangsir (Brachytrupes portentosus)"]

[/caption]

Maka jadilah jangkrik versus gangsir. Kata orang Jawa, jangkrik yang sedang berbunyi disebut ngengkrik. Sementara gangsir yang sedang berbunyi disebut ngenthir. Jadinya, ngengkrik versus ngenthir. Trus, siapa yang kenthir?

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun