Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Andai Gibran Gagal Jadi Wali Kota

15 Februari 2021   20:14 Diperbarui: 15 Februari 2021   20:42 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Martabak manis (pixabay)

Masalahnya, penguasa parpol sepertinya tak mau peduli. Mungkin parpol itu memang untuk mengakomodasi kepentingan dirinya dan keluarganya saja. Plus teman-teman dekatnya. Awalnya memang untuk kepentingan golongannya separtai (juga), tetapi dalam perkembangannya banyak anggota yang menyeberang ke partai lain. Malah ada yang sampai bongkar-bongkar aib segala, bikin malu partai saja. 

Akhirnya si penguasa parpol hilang kepercayaannya pada orang lain. Tiada lagi yang dapat diyakini keberpihakannya, tiada lagi yang dapat diyakini konsistensinya menjaga aib bersama selain orang-orang terdekatnya. Maka pemberian jabatan kepartaian bukan lagi mempertimbangkan prestasi dan durasi pengabdian, melainkan kedekatan hubungan. Logis memang. Juga rasional.

Meski tamsil semata, kisah di atas secara nalar manusia normal memang mengandung setori ketidakadilan oleh penguasa partai. Istilah Jawanya "emban cindhe, emban siladan"; yang belum jelas jasanya digendong ke mana-mana pakai selendang berharga milyaran, yang sudah lama menyumbang tenaga dan pikiran malah cuma ditenteng pake koran... itu pun bekas bungkus makanan.

Hanya saja, masalah politik biasanya cuma butuh alasan pembenaran; soal betul atau salah tergantung kepada siapa hal itu ditanyakan: pada simpatisan-kah atau pada kaum oposan, karena jawabannya selalu berlawanan.

Yang pasti, soal masuknya Gibran ke partai Jokowi dan langsung menjadi pengurus teras itu jangan ditanyakan kepada para pendukungnya. Mereka pasti punya seribu satu macam cara untuk ngeles dan membenarkan. Tak perlu heran. Hal ini sekadar manifestasi nyata dari sebuah peribahasa lama: kecebong di seberang lautan tampak, bullfrog di pelupuk mata tak tampak.

Bagi yang sedang lupa atau butuh clue, saya ingatkan bahwa bullfrog itu katak kebo (Rana catesbeiana). Masih spesies katak, bukan kebo. Cuma ada kemiripan. Ada yang menyebutnya katak lembu atau katak sapi, suka-suka dia lah. Padahal, meski sama-sama bukan katak, sapi dan kebo itu berbeda. Sapi suka melenguh, kebo sukanya mengeluh. Duh...

--

emban cindhe = gendong pake selendang

emban siladan = gendong pake siladan (= bilah bambu).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun