Si bajaj tak lagi sendirian karena sekarang yang suka ngeles bukan dirinya saja. Ada kasta tinggi di DKI yang ternyata hobi ngeles juga. Bisa tebak maksud saya?
Yup. Namanya busway. Bajaj lewat jauh dibandingkan dia. Busway? Iya busway... tapi busway yang itu. Emang demen ngeles die. Apalagi saat banjir melanda. Ogah basah kalau harus meniti jalanan yang kebanjiran, bikin sejuta alasan supaya malasnya tak kelihatan. Ogah kotor kena luapan lumpur selokan, bikin semilyar alasan supaya sifat sok-ningrat-nya tak ketahuan.
Well, ibukota memang menyediakan tak berhingga alasan untuk dikemukakan agar satu atau beberapa hal tidak jadi (terlihat perlu) dilakukan. Bahkan, bagi kalangan tertentu yang meyakininya, sekadar bicara tanpa melakukan aksi nyata sedikitpun bisa jadi dianggap tindakan paling bijaksana sejagat raya dari seorang pemimpin yang mereka puja. Padahal, semua orang waras juga tahu kalau ibukota dan ibukata merupakan dua hal yang sangat berbeda. Tapi ya begitulah Jakarte punye cerite.
By the way, dulu pernah ada sinetron tentang bajaj yang cukup epic, judulnya Bajaj Bajuri. Mungkin judulnya lebih tepat Bajaj dan Bajuri. Karena topiknya tak selalu bajaj, tetapi juga berbagai problema rumah tangga Bajuri dan tetangga-tetangganya.Â
Nah, karena si bajaj dan si busway ini sama-sama ngelesnya, tak berlebihan kiranya jika saya mengusulkan dibuatnya sinetron yang mengangkat kisah si busway. Judulnya yang simpel saja supaya gampang epic. Misalnya, Busway dan Urbaningrum. Nah, lo..gimana tuh ngartiin-nya?