Desa Tumbal, (19/8/2025)-- Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang tergabung dalam program Gerakan Inspirasi dan Aksi Transformasi (GIAT) 12 melaksanakan sosialisasi dan praktik pemanfaatan sistem aquaponik di Desa Tumbal. Kegiatan ini diikuti oleh warga desa dengan tujuan memperkenalkan teknologi sederhana namun bermanfaat besar dalam mendukung ketahanan pangan keluarga. Melalui metode ini, warga diajak memanfaatkan lahan terbatas di sekitar rumah untuk menghasilkan dua sumber pangan sekaligus, yaitu ikan dan sayuran, dengan cara yang ramah lingkungan.
Dalam kesempatan tersebut, mahasiswa UNNES memberikan penjelasan mengenai prinsip dasar aquaponik. Sistem ini bekerja dengan memanfaatkan kotoran ikan di kolam yang kemudian diuraikan oleh bakteri menjadi nutrisi bagi tanaman. Tanaman menyerap nutrisi tersebut sekaligus membantu menyaring air, lalu air bersih dialirkan kembali ke kolam. Dengan siklus ini, warga dapat memperoleh hasil panen ikan sekaligus sayur tanpa perlu pupuk kimia tambahan.
Tidak hanya teori, peserta juga mendapatkan kesempatan untuk melakukan praktik langsung. Warga terlihat antusias mencoba membuat instalasi aquaponik sederhana menggunakan wadah plastik, galon bekas, serta kain perca. Beberapa ibu rumah tangga bahkan mengajukan pertanyaan terkait jenis tanaman yang cepat tumbuh, seperti kangkung, selada, dan bayam, serta jenis ikan yang mudah dibudidayakan, seperti lele dan nila.
Salah satu peserta kegiatan, Ibu Yesi, mengaku senang bisa ikut belajar secara langsung. "Saya baru tahu ternyata dengan galon bekas dan sedikit kreativitas, kita bisa menanam sayur dan memelihara ikan sekaligus. Kalau ini berhasil, tentu bisa membantu keluarga saya mengurangi belanja harian," ujarnya sambil menunjukkan instalasi aquaponik sederhana yang dibuat bersama kelompoknya.
Salah satu mahasiswa UNNES GIAT 12, Anisa, menjelaskan bahwa sistem aquaponik dapat menjadi alternatif cerdas bagi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. "Dengan aquaponik, masyarakat bisa menanam sayuran sekaligus memelihara ikan tanpa harus memiliki lahan luas. Metode ini juga lebih hemat air dan minim limbah," jelasnya.
Kepala Desa Tumbal, Bapak Suradi, turut menyampaikan apresiasi terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Menurutnya, program ini sejalan dengan upaya pemerintah desa dalam meningkatkan kemandirian pangan masyarakat. Ia berharap kegiatan ini tidak hanya berhenti pada tahap sosialisasi, tetapi juga dapat ditindaklanjuti oleh warga dalam kehidupan sehari-hari.
Ketahanan pangan menjadi isu penting dalam kehidupan masyarakat saat ini, terutama dengan adanya fluktuasi harga bahan pokok dan keterbatasan lahan pertanian. Aquaponik hadir sebagai salah satu solusi inovatif karena mampu mengintegrasikan dua sektor sekaligus: perikanan dan pertanian. Teknologi ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga mendukung pola hidup sehat dengan menghasilkan pangan yang lebih segar dan bebas bahan kimia.
Melalui sosialisasi dan praktik yang dilakukan mahasiswa UNNES GIAT 12 di Desa Tumbal, diharapkan masyarakat dapat lebih termotivasi untuk memanfaatkan pekarangan rumah sebagai sumber pangan mandiri. Langkah kecil ini diharapkan dapat memperkuat kemandirian desa serta menjadi bagian dari upaya bersama mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan.Â
Bersama UNNES GIAT, Membangun Indonesia dari Desa
TIM MEDIA UNNES GIAT 12 Desa Tumbal, 2025.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI