Mohon tunggu...
Gianpiero ch Uktolseya
Gianpiero ch Uktolseya Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Seorang penyampai pesan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bingkai Kisah

1 Agustus 2020   17:30 Diperbarui: 1 Agustus 2020   17:29 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Melangkah sang pecundang melewati dinginnya lorong ego
Gemetar kala disebut, mengamuk bila tak disambut.
Melirik ia ke kiri, terdengar jendela jiwa memanggil
Selangkah demi selangkah dekati, mencoba hadapi ragu semu yang menyiksa intuisi

Membuka mata, lalu Selami
Berjejer bingkai yang tersusun rapih, dengan pahatan hangat selimuti emosi
Sedih, bahagia, gempita dan derita memadu indah membentuk memori

Layaknya orkestra megah lantunkan kisah tak terucap
Setiap gambar siratkan rasa yang ternyata selalu ada
Tersungkur, terisak, menjerit, meratap
Aku menginginkannya, teriak ku
Aku ingin menjaganya, gemuruh hati ku

Terasa hangat menggenggam, menjalar ke seluruh kulit
Sang Terang membasuh luka, mengusap air mata
Alihkan mata pada satu arah.
Ambilah, bisiknya sambil memberi ku sepotong waktu

Diberikannya aku jubahnya, dibekalinya budi ku dengan cinta, lalu berlari aku.
Takan lagi ku khianati, tak ingin angkuh lagi.
Bingkai kisah ini adalah anugrah, begitu pun masa yang ada.

Ku pacu lari ku, ku paksa terus melaju. Ini tidak sia-sia. Bukan tentang nafas yang akan berhenti
Ini hanya sebuah kisah yang abadi karena Kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun