Mohon tunggu...
Ghumayda Milhan
Ghumayda Milhan Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hai !

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lunturnya Permainan Tradisional di Era Digitalisasi

25 Desember 2022   10:53 Diperbarui: 25 Desember 2022   10:55 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, permainan tradisional juga memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk secara tidak langsung melestarikan budaya Indonesia yang diwariskan secara turun-temurun. Dampak negatif dari adanya permainan tradisional cenderung lebih bersifat teknis yaitu sulitnya menghabiskan waktu, ruang kosong dan alat permainan yang harus disediakan khusus untuk bermain di rumah.

Seiring dengan perubahan zaman, permainan tradisional perlahan-lahan hilang, bahkan banyak sekali anak-anak yang tidak mengetahui tentang permainan tradisional. Permainan modern atau sering kita ketahui dengan game online membuat orang menjadi acuh dan kurang berinteraksi dengan lingkungan. Hubungan dengan teman dan keluarga menjadi berkurang karena waktu mereka hanya dihabiskandengangawainya masing-masing seakan akan mempunyai dunia nya sendiri. Game online tidak hanya berdampak pada aktivitas sosial tetapi juga mempengaruhi kepribadian setiap anak. Misalnya, anak mulai berbicara kasar dan bertindak impulsif karena mengikuti karakter dalam game.

Sebagai seorang guru harus mengenalkan permainan tradisional yang menyenangkan dan tentunya juga sederhana. Pasalnya, anak akan merasa senang saat memainkan permainan yang sederhana dan praktis. Ada beberapa permainan tradisional yang diperkenalkan ke sekolah-sekolah seperti: bermain petak umpet, kucing dan tikus, gobak sodor, dan masih banyak lagi permainan tradisional lainnya. Dengan mengenalkan permainan tradisional tersebut, anak-anak sangat mengetahui bahwa permainan tradisional tersebut tidak hanya dapat dimainkan di sekolah tetapi juga di rumah. Jika baru mengenalkan nama permainan tradisional, tentu anak belum mengerti maksud dari permainan tersebut. Namun manfaat dari bermain dapat dirasakan dengan beberapa permainan tersebut nantinya, anak akan merasa lebih bahagia, mengajarkan cara bersosialisasi, dan terlihat lebih aktif.

Permainan anak-anak muncul di era digital membuat anak menjadi "pengontrol", bukan "pencipta", sehingga kepribadian anak terdegradasi. Itu semua terjadi karena kemajuan teknologi menyebabkan semakin banyak perubahan pola perilaku yang berbeda, termasuk kemajuan teknologi juga merambah pola perilaku dalam dunia bermain anak-anak, sehingga menimbulkan "krisis karakter". Krisis kepribadian anak akibat kemajuan zaman yang semakin modern, semuanya serba otomatis dan digital. 

Pengaruh era modernisasi ini adalah bergesernya kegiatan bermain anak dari permainan tradisionalmenjadipermainan modern/digital yang berarti pemanfaatan teknologi seperti permainan online, video game dan game station. Akibatnya, permainan tradisional menjadi asing dan mulai terabaikan di kalangan anak-anak saat ini. Saat ini minat terhadap permainan modern semakin meningkat, sehingga sangat mempengaruhi perilaku dan kebiasaan anak. 

Dampak yang ditimbulkan dari fenomena ini sangat memprihatinkan, mempengaruhi prestasi akademik anak, krisis kepribadian dan perilaku agresif, bahkan melibatkan anak dalam tindakan kriminal seperti: pencurian dan pemerkosaan, serta menjadikan anak-anak mengalami gangguan kepribadian ganda yang berpotensi fatal.

Di balik banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan oleh permainan digital modern, masyarakat Indonesia memiliki permainan anak yang kaya nilai, yaitu permainan tradisional. Permainan tradisional untuk anak dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak, bahkan dapat dijadikan sebagai sarana mendidik anak. Permainan tradisional di berbagai pelosok nusantara dapat merangsang berbagai aspek perkembangan anak, seperti:a

a Motorik: Latihan daya tahan, kelentukan, keterampilan motorik sensorik, motorik kasar, motorik halus.

b.Kognitif: Kembangkan imajinasi, kreativitas, pemecahan masalah, strategi, antisipasi, pemahaman kontekstual.

c.Emosional: Mengendalikan emosi, meningkatkan rasa empati, dan pengendalian diri

d.Bahasa: Memahami konsep nilai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun