Mohon tunggu...
Ghulam Falach
Ghulam Falach Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar yang selalu ingin belajar untuk mensyukuri fungsi akal sehat

Salah satu praktisi di STTKD Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pantaskah Sains dan Agama Bertikai?

1 Juli 2020   11:05 Diperbarui: 1 Juli 2020   11:21 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari lama web www.123rf.com

Senada dengan Enstein, Sir Issac Newton juga mendukung keberadaan Tuhan di balik kesempurnaan alam. Ia mengatakan bahwa, tidak mungkin alam ini bisa terwujud dari sebuah hal yang acak. Lantas bagaimana perihal perbedaan sikap terhadap sains dan agama?

Pada dasarnya, sifat dari sains dan agama adalah sama, yaitu berusaha menemukan dan memahami realitas yang ada dan mencoba mencari sebuah kebenaran. Meskipun pada hakikatnya karakter dan objek yang diperdalam berbeda, demikian ungkap Guiderdoni seorang cendikiawan Perancis yang terkenal sebagai juru bahasa terkemuka Islam.

Dalam ungkapanya ia memberikan paparan bahwa, sains menjawab pertanyaan “bagaimana”, sedangkan agama menjawab pertanyaan “mengapa”. 

Sains berurusan dengan fakta, sedangkan agama berurusan dengan nilai atau makna. Sains mendekati realitas secara analisis, sedangkan agama secara sintesis. 

Sains merupakan upaya manusia untuk memahami alam semesta yang kemudian akan mempengaruhi cara hidup kita, tetapi tidak membuat kita menjadi manusia yang lebih baik. 

Sedangkan agama adalah pesan yang diberikan Tuhan untuk membantu manusia mengenal Tuhan dan mempersiapkan manusia untuk menghadap Tuhan.

Sebagian dari kita mungkin tidak menyadari bahwa Ilmu pengetahuan yang kita pelajari seringkali bertolak belakang dengan agama maupun keyakinan kita selama ini. A

lhasil sebagian dari kita mungkin terpengaruh doktrin keyakinan yang melekat sejak kecil sehingga mendasari pengambilan keputusan perihal segala sesuatu yang kita lakukan.

Keseimbangan antara pemahaman sain dan agama dirasa penting untuk terus ditindak lanjuti. Terkadang pengambilan keputusan yang condong seperti ini tentunya tidak baik, apalagi jika keputusan yang diambil mempengaruhi orang-orang yang memiliki latar belakang keyakinan berbeda.

Bukankah tampak lebih etis bila pengambilan keputusan sebaiknya tidak didasarkan begitu saja pada keyakinan, tapi akan lebih baik jika dilakukan berdasarkan riset atau observasi dari data-data yang tersedia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun