Mohon tunggu...
Kebijakan

Karakter Jokowi Indikasikan Fundamental Harmonisasi

14 September 2018   14:54 Diperbarui: 14 September 2018   15:41 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ramah tama, bersahabat, lucu, ceplas-ceplos, terbuka, lapang dada, simpel, intens, bersahaja, fleksibel serta menerima dan memberikan pembaharuan. -Bersatu dalam Harmoni.

Beberapa sebutan di atas adalah sebutan yang mencerminkan sebuah figur harmonisasi yang menjadi simbolis atas kenyamanan dan ketentraman. Siapa pemilik dari figure tersebut? Secara umum di Indonesia sendiri pada saat ini, seseorang yang paling mencerminkan figur tersebut adalah Bapak Pemimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ya, siapa lagi kalau bukan Jokowi. 

Bila dikaji lebih dalam lagi, figur tersebut sangat erat kaitannya dengan 'Pelayanan'. Dengan kata lain beliau adalah seorang pelayan rakyat yang berusaha memberikan harmoni pada setiap benak rakyatnya supaya tetap merasa nyaman dan tentram.

Jika kalian diberi pertanyaan seperti berikut; Perasaan apa yang langsung tersirat di benak anda saat menyadari bahwa anda sedang dilayani? Jawabannya tentu saja dapat dipastikan bahwa perasaan yang tersirat pada diri anda pada saat itu, tidak lain dan tidak bukan adalah rasa bangga, merasa menjadi seseorang yang penting serta meningkatnya kepercayaan diri.

Mengapa demikian? Hal ini dipicu oleh pelepasan hormon endorphin yang terjadi di otak manusia saat mereka sedang merasakan perasaan senang/gembira. Hal ini cenderung memberikan dampak yang positif kepada individu nya seperti rasa nikmat, motivasi tinggi, percaya diri dan penuh akan gairah dan inspirasi. Hal seperti itulah yang sedang terjadi dengan sendirinya saat ini, di era kepemimpinannya.

Sedikit review yang menjadi alasan kuat mengapa saya harus mengulas hal ini dengan sedemikan rupa:

  1. Era pemerintahan Jokowi adalah era dimana masyarakat Indonesia banyak mengalami perkembangan. Baik dari sisi intelektual maupun sisi moralnya. Ditambah gelar presiden dengan tingkat popularitas tertinggi nomor 2 di dunia.
  2. Era pemerintahan Jokowi adalah era dimana masyarakat Indonesia dengan segala keterbatasannya mulai mampu bersaing di kancah internasional dari berbagai bidang dan mendapatkan apresiasi yang lebih signifikan dibandingkan sebelumnya.
  3. Era pemerintahan Jokowi adalah era dimana masyarakat Indonesia mengalami fluktuasi serta dinamika yang tinggi dikarenakan seringnya terjadi perubahan peraturan baik secara sepihak/serentak.
  4. Era pemerintahan Jokowi adalah era dimana masyarakat Indonesia saling berkonfrontasi akibat isu SARA yang kian mencuat dan mendominasi jalannya politik Indonesia.
  5. Era pemerintahan Jokowi adalah era dimana masyarakat Indonesia melihat banyak kemajuan teknologi, sarana dan prasarana sekaligus mampu mendongkrak angka kemiskinan ditengah-tengah semaraknya retorika politik rujit dengan skala nasional maupun internasional.

Masih banyak sekali poin-poin penting yang tidak dijelaskan disini. Karena saya merasa bahwa beberapa poin tersebut sudah bisa mewakili dan mendeskripsikan tujuan daripada pengulasannya. Oke kita lanjut..

Dari beberapa poin di atas secara umum jelas menunjukkan indikasi bahwa paradigma dari segelintir atau sebagian besar rakyat Indonesia yang mendefinisikan bahwa era pemerintahan Jokowi sebagai bentuk pemerintahan yang kurang lazim atau cenderung ke arah pemerintahan yang negatif merupakan paradigma yang salah total. Karena secara keseluruhannya, meski menghadapi berbagai situasi yang sangat pelik sekalipun. Rakyat Indonesia hingga saat ini masih tetap survive. Baik sekali jika kalian mampu berpikir seperti ini.

Namun yang sangat disayangkan saat ini adalah, sudah banyak sekali orang yang mampu menyimpulkan hal seperti ini. Tapi kebanyakan dari kita bahkan rela membohongi diri sendiri untuk tidak menerima kenyataan tersebut. Hingga melahirkan berbagai usaha dan cara demi menutupi kenyataan tersebut.

Sementara dengan bergerak tidak searah dengan harmonis, banyak dari kita yang condong untuk memilih mengikuti golongan-golongan pemicu perseteruan, penebar kebencian, penggila jabatan, pecinta keangkuhan, penyokong keributan dan berbagai variabel lain yang berorientasi pada hal-hal yang negatif.

Tidak perlu mengkaitkan ini dengan nilai-nilai Nasionalisme atau Pancasila jika hal tersebut masih membuat kita bimbang. Tapi setidaknya cobalah kaitkan ini dengan nuranimu sebagai manusia. Atau apakah kau sebagai manusia hanya mampu menggunakan teknik perpecahan ini sebagai senjata pamungkas untuk mewujudkan egomu? Cobalah dengan cara yang lebih softly. Tunjukkan bahwa kita memiliki kualitas itu..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun