SEJARAH BERDIRINYA:Â
Berdasarkan keterangan dari Puang Andi Ibrahim yang merupakan ahli waris sekaligus penjaga Saoraja Lapinceng, menurut beliau belum ada keterangan pasti serta saksi mata yang mengatakan kapan dibuatnya Saoraja ini, namun ada perkiraan yang mengatakan bahwa pada tahun 1836 didirikan dan pengadaan bahannya mulai sekitar tahun 1814.
Pada mulanya, terdapat kekosongan pada posisi Kerajaan Balusu, maka datanglah keluarga kerajaan balusu ke Soppeng untuk memohon agar di urus keturunan Datu Soppeng menjadi Raja Balusu.Â
Oleh karena Datu Soppeng tidak memiliki anak laki-laki yang sudah memangku jabatan, maka diutuslah anak perempuannya  yang bernama Tenri Kaware untuk menjadi Raja Balusu dengan syarat disediakannya istana dan seluruh perlengkapannya.Â
Tenri Kaware digantikan oleh putranya bernama Labandu, kemudian Labandu digantikan oleh putranya bernama Andi Muhammad Saleh Daeng Parani Arung Balusu, yang kemudian raja inilah menguasai sepenuhnya Saoraja tersebut. Raja ini berjasa dalam mempertahankan kerajaan Soppeng. Oleh karena itu, beliau diberi gelas Petta Sulle Datue karena beliau yang menggantikan raja jika tidak ada.
SEJARAH BANGUNAN:
Ada pendapat mengatakan bahwa bangunan ini hanya bersumber dari satu pohon saja yang diperkirakan memiliki diameter 7-10 meter. Seiring berjalannya waktu terdapat temuan bekas tebangan pohon yang sudah rapuh yang sangat besar di daerah Pa'dumpu, kemungkinan bahan kayu dari Saoraja ini bersumber dari sana. Dan konon katanya kayu-kayu tersebut dialirkan melalui sungai dari atas gunung hingga ke sini (tempat berdirinya Saoraja).Â
Saoraja ini memiliki tiang-tiang yang sangat besar 35-40 cm dan merupakan kayu Bugis yang sangat kuat dan sudah tidak dapat ditemukan sekarang. Saoraja sekarang ini adalah bentuk asli namun terdapat sedikit renovasi dari lantainya sendiri, dahulu hanya menggunakan bambu (salima').Â
SEJARAH NAMANYA:
Menurut cerita pada zaman itu, pada saat Saoraja ini berdiri sempat mengalami jatuh dan menimpa piring (pincenng) juga retakan pinceng tersebut berhamburan banyak yang dapat menggambarkan filosofi perjuangan dalam mendirikan Saoraja ini, maka dari itu semuanya sepakat dinamakan "Saoraja Lapinceng"