Mohon tunggu...
GHIFARI ANGRADIPA EFENDI
GHIFARI ANGRADIPA EFENDI Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

SAYA MERUPAKAN MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Fanatisme Extreme Penggemar Sepak Bola Membuat Fans Culture Kehilangan Nilai-nilai Positifnya

8 Januari 2023   19:42 Diperbarui: 8 Januari 2023   19:48 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SUMBER : REPUBLIKA.GO.ID

Mengidolakan seseorang, sebuah grup, tim atau lainnya mungkin memang menjadi kodrat seorang manusia. Wajar saja hal demikian terjadi biasanya seseorang atau grup yang di idolakan manusia biasanya memiliki sebuah hal yang spesial. Entah karena penampilan nya atau karena prestasi yang mebuat ia di idolakan. Salah datu contoh nya adalah Fans sepakbola. 

Di Indonesia budaya kecintaan terhadap sepakbola memiliki tingkat antusias yang sangat tinggi. Mulai dari klub sepakbola lokal maupun internasional sudah pasti memilik basis masa penggemar di indonesia. 

Kecintaan terhadap klub bola di Indonesia memang sangat tinggi. Bahkan Klub raksasa liga inggris mengakui mereka memiliki 1,3 juta fans yang berasal dari indonesia. Jumlah tersebut bahkan mengalahkan jumlah fans mereka di negara asal mereka. 

Sepakbola sudah di anggap seperti kehidupan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Namun disisi lain fanatisme mereka sebagai penggemar sepak bola memang terlalu terlewat batas sehingga terkesan berlebihan. Rasa cinta mereka terhadap tim kebanggaan nya membuat mereka gelap mata sampai tak segan untuk saling mencaci maki satu sama lain. 

Hal ini sering kali terjadi setiap terdapat perdebatan mana tim terbaik di dunia. Hal yang mungkin bisa dianggap hal yang konyol dan hal yang sangat tidak mencerminkan kedewasaan namun memang itu lah yang sering terjadi. Demi mempertahankan hal yang mereka anggap sebagai identitas mereka. 

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, fanatisme ini juga melanda media sosial. Banyak akun akun baru bermunculan yang berisikan konten konten dengan nada menghina, mengejek, dan memprovokasi. Hal tersebut juga sering membuat kegaduhan pada kolom komentar. Saling hina, saling caci, saling memaki menjadi hal yang biasa terjadi di media sosial hari ini. 

Rasa Memiliki yang terlalu berlebihan ini juga sering kali dimanfaatkan oleh beberapa orang untuk menarik atensi dengan memprovokasi antar supporter sehingga akun media sosial mereka memiliki atensi tinggi. 

Pemanfaatan momentum "chaos" ini berdampak panjang terhadap negatif nya ekosistem media sosial hari ini. Hal tersebut juga berdampak pada kehidupan sehari-hari manusia. Saling caci, saling maki, dan berbagai hal hal megatif itu terbawa ke kehidupan sehari hari. 

Tak jarang manusi seling melontarkan hinaan atau cacian tersebut hanya karena selisih pendapat perihal dukungan terhadap tim bola kebanggaan nya. Ini semua adalah satu masalah besar yang menjadi pr bersama agar kembali tercipta ekosistem yang positif baik di media sosial maupun di kehidupan sehari-hari.

Sejatinya memang Fans Culture ini memiliki nilai-nilai positive jika di implementasikan dengan baik. Fans Culture dapat menjadi sarana bagi seseorang untuk menemukan minat atau passion nya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun