Mohon tunggu...
Aiiury
Aiiury Mohon Tunggu... Lainnya - Dwi Ayunita Lestari

Instagram : @_ayy.nta Digital Marketing & Content Creator, menulis untuk review film, musik dan travel, tips&trik, Korean Wave, kesehatan dan shopping.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Flower Dating

8 Desember 2023   09:00 Diperbarui: 9 Desember 2023   21:03 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Pada akhirnya food truck itu berhenti dan tidak terasa aku telah berlari sejauh 10 km dan sebentar lagi sepertinya aku akan menjadi seorang atlet lari. Berkat bakat terpendam ini aku pun berhasil mencapai finish, mendekati garis pemberhentian food truck, tempat dimana bunga sialan itu bersembunyi. Berkat bunga itu pula hidupku kini kembali aman namun bagaimana dengan Nina? Jujur saja aku tidak bisa berkata apapun, selain kata maaf meski akan dia terima atau tidak.

            Sebisa mungkin aku kembali ke tempat dimana Nina berada untuk menebus kesalahan akibat meninggalkannya begitu saja. Sesampainya aku disana, dia menghampiriku lalu menamparku sebanyak dua kali dan rasa sakitnya itu masih berbekas sampai saat ini. Kemudian dengan mudahnya dia berdiri lalu berucap, “kita putus !” tepat dihadapanku yang saat itu masih dilanda rasa cemas akibat bunga sialan yang baru saja aku temukan detik itu juga. Dihadapannya aku bertanya alasan kenapa dia memutuskanku dengan begitu mudahnya. Lalu dia menjawab, “sepertinya bunga itu lebih penting ya daripada aku? Sampai kamu tinggalin aku sendirian malam-malam begini, ditempat seperti ini keselamatan aku bisa terancam, dan menurut kamu keselamatan bunga itu lebih penting?” ucap Nina  meninggalkanku bersama bunga sialan yang tengah aku genggam dengan kedua tanganku. Akhirnya hubunganku dengan Nina telah usai. Berkat bunga yang aku bawa pulang ini, aku kembali menjadi pria tanpa status. Kesedihanku tidak dapat aku tutupi meski hujan deras terus saja membasahi pipiku, nyatanya butuh waktu lebih bagiku untuk melupakannya. 

            Dengan berat langkah, aku pulang ke rumah dan aku melihat mereka semua tersenyum bahagia. Sepertinya semua anggota keluargaku tampak senang menikmati hari-hari mereka, kecuali diriku pulang dengan raut wajah kusut dan rambut acak berantakan. Aku mencoba masuk menemui mereka di ruang tamu dan aku kembali melihat bunga yang sama di atas meja.

“bunga apa lagi itu?” tanyaku seakan mengalami trauma melihat bunga itu kembali dihadapanku.

“ini bunga kesayangan nenek. Harganya mahal loh, seharga apartemen tujuh lantai.” Jawab ibu terlihat bangga memamerkan bunga itu kepadaku.

“lah, ini yang aku bawa seharian apa?” sambil menatap bunga yang tengah aku genggam dengan kedua tanganku, semua orang tampak heran kecuali Yena yang memilih kabur, menghindari pertanyaanku.

“kamu dapat dari mana? Itu bunga palsu!” jawab ibu seketika membuat kedua kakiku lemas hampir tidak mampu berdiri dengan sempurna.

“palsu? Jadi seharian ini aku bawa bunga palsu?” ucapku dengan tatapan kosong seolah masih tidak percaya apa yang baru saja aku dengar.

“kamu mau kemana Rev?” Tanya Yena memanggilku dari arah pintu kamar.

“aku mau gali kuburan.” Jawabku menatap dengan tajam ke arahnya sambil membawa cangkul memikul cangkul di pundakku

“buat apa?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun