Mohon tunggu...
Herwinto Sutantyo
Herwinto Sutantyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Founder

Founder of Aktifmob, Indonesia leading mobile media creative agency and Telkomsel preferred media partner. Online Business and Telecommunication practitioner since 1998. Twitter: @gfunkerwin

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Warung-an Nyok!

26 Januari 2019   07:10 Diperbarui: 26 Januari 2019   07:27 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Intermeso kecil

Masyarakat Indonesia seperti saya ini adalah tipikal pribadi yang doyan sekali nongkrong alias bercengkrama dengan sahabat, apalagi jika diiringi dengan tembang melankolis masa muda dulu (berasa tua euy...) dan segelas atau lebih cangkir kopi hitam pahit pekat. Nikmat!

Jaman sekarang untuk nongkrong banyak sekali pilihan tempatnya, beragam gaya interior wadahnya, menu makanan hingga aroma yang menggoda dan layanan yang memukau (kalo layanannya menggoda, bukan buat nongkrong).

Sering kita ini sehabis sehari penuh penat bekerja menghabiskan sisa waktu yang mungkin terbuang percuma di kemacetan dengan mampir sejenak nongkrong bareng teman maupun kolega. Apalagi jika masih di awal bulan alias di kala dompet masih tebal, sudah pasti kawasan elit lah yang kita bidik untuk wadah berkumpul. 

Jika musim paceklik tiba, bergeserlah kita terutama para pria dari kafe di daerah mentereng ke warung di samping kantor atau lebih tepatnya di dalam gang. Kita nge-warung! Atau warung-an dulu!

Nah, menurut kebanyakan dari kita-kita ini warung itu kusam, dekil karena posisinya yang kebanyakan memang tidak menarik atau istilah kekiniannya "nggak level". 

Betul, mayoritas dari warung di Indonesia apalagi di kota-kota besar adalah seperti itu adanya, tapi jangan salah mereka sekarang sudah berbenah walau rasionya masih sedikit, para pemilik warung sudah sadar diri kalo bisnisnya mau berkembang pesat ya kudu berubah.

Perubahannya kira-kira seperti apa ya? Well, sesederhana mungkin kebanyakan dan dimulai dari pelayanan. Pelayanan yang wow gitu? Belumlah tapi pelayanan dengan hati, senyum, keramahan mulai tampak dari wajah para pemilik dan stafnya. 

Enak kan kalo sedang jenuh mampir ke warung langsung disambut senyum dan disapa? Pastilah, saya aja senang. Sedangkan kita sedang capek lalu tidak disapa dan dikasih wajah kusem sudah pasti makin jutek tho? Akhirnya niatnya mau beli lebih malah kurang atau bahkan tidak jadi.

Warungan adalah ciri khas dan bagian dari budaya kita sejak lama. Istilah ini sebenarnya diberikan saat pelanggan mendatangi warung dengan niat membeli bahan pokok namun dilanjutkan dengan percakapan yang berujung ngobrol dengan pemilik warung. 

Satu persatu pelanggan lainnya yang memang bertetanggaan muncul dan ikut nimbrung. Kopi dan cemilan sekedarnya pun dikeluarkan oleh pemilik warung, makanya jangan heran kalo di warung yang cenderung jadi tempat nongkrong selalu ada cemilan; mulai dari pisang bakar, tahu goreng hingga indomie rebus jika perlu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun