Mohon tunggu...
noviana.sbl
noviana.sbl Mohon Tunggu... Universitas Pendidikan Indonesia

manusia biasa yang menyukai seni, suara, sastra, dan sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kenapa?

12 Agustus 2025   19:55 Diperbarui: 12 Agustus 2025   19:56 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri Noviana Sabilla

tapi apa itu masuk akal? bahkan ia hanya sebagai manusia. tidak ada yang tau pasti, bahkan ia juga masih bertanya kenapa ia ada disini, kenapa dia harus begini, dan kenapa dia pada akhirnya harus merasa gagal dan mengecewakan dirinya sendiri.

ku kira jika tidak berlebihan, ajang introspeksi diri memanglah penting, bertanya kenapa juga bisa menjadi landasan bagi ia mengenal dirinya sendiri, dan tentu Tuhannya. namun jika harus terkurung di masa lalu dan tidak berbenah apa itu hal yang bijak?

ia terdiam, di bilik sederhana namun penuh kehangatan. memandang wajahnya pada cermin dengan kekesalan dan rasa bersalah. apa yang sudah ia jalani dihari lalu, sungguh gila, dan ia benar-benar merasa gila--- tidak, ia memang selalu hiperbola dengan apa yang terjadi. baru saja ku bilang untuk tidak berlebihan, namun ternyata masa over thinking bagi kaum seperempat abad itu memang sulit dibasmi.

hari mulai malam, gelap menyelimuti, tapi rembulan tetap tersenyum seolah menemaninya dan berkata bahwa dunia masih baik-baik saja ---begitupun dengannya. ia kemudian menghabiskan malam dengan kedinginan, perasaaan tidak karuan, bahkan kekacauan terjadi dalam tubuhnya. bersama bintang yang kemudian menghias tatapan kosongnya, ia berkhayal "kenapa aku harus berbentuk manusia?" "kenapa aku tidak menjadi bintang yang berkelip, indah, dan berada diatas sana?".

kenapa- kenapa- kenapa. tak terasa, cairan bening membasahi pipinya. iya, sebening ketika ia dilahirkan di dunia ini, suci tanpa dosa. dan kau tau, itu adalah impiannya, selalu menjadi bening, bahkan untuk kotoran debu pun ia enggan. kau bisa menyebutnya perfeksionis dalam hidup? atau itu hal gila yang bahkan ia hanya seorang manusia, sekali lagi: ia hanya seorang manusia.

huuuh.... (kembali menghela nafas)

melakukan kesalahan, terlambat, tidak menepati janji, berbohong, membuat orang lain terluka, membuat orang lain kecewa, atau sesederhana membuat orang lain tidak membalas senyumnya saja baginya adalah kekacauan dan kehancuran. hatinya rapuh, namun ku kira itu terlalu rapuh. bagaimana mungkin manusia hidup tanpa secercik kesalahan/kegagalan/hal-hal buruk lainnya.

bukankah tidak ada manusia yang sempurna, sekali lagi: tidak ada manusia yang sempurna. lantas bagaimana mungkin ia menuntut dirinya sendiri untuk menjadi manusia yang sempurna itu? bahkan untuk bercengkrama dengan Tuhan saja ia memerlukan patah yang menyakitkan, atau luka yang begitu dalam. 

mengusahakan menjadi manusia terbaik memang harus, tapi menuntut untuk tidak akan berbuat salah ku kira cukup berat. selalu mengikuti apa kata orang lain: tidak berpendirian, tidak mau berkata tidak: ga enakan, tidak mau mencoba: takut, atau hal-hal yang menurutnya buruk;

hari semakin larut, bulan dan bintang meredup, langit menangis seolah turut larut dalam kegelisahan yang tak kunjung usai. memikirkan kondisi tubuhnya yang mulai menciut, "kenapa aku begini?" bukankah semua yang terjadi atas kehendak Tuhan, bukankan Tuhan juga Maha Pemaaf, Maha Pengampun, dan Maha Penerima Taubat. lantas apalagi yang perlu ia khawatirkan? soal kesalahan, kekeliruan, atau hal-hal buruk yang terjadi sebelumnya, bukankah itu juga menjadi bagian dari perjalanan hidup? bukankah itu juga menjadi pelajaran untuk perjalanan selanjutnya?

ia kemudian mulai merekahkan senyumnya, menerima dengan apa yang terjadi, meski "kenapa" belum bisa sepenuhnya terjawab. namun satu hal yang ia sadari, Tuhan tidak akan meninggalkannya. sejauh apappun ia terjatuh, Tuhan pasti menolongnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun