Mohon tunggu...
Getha Dianari
Getha Dianari Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Tunggu sesaat lagi, saya akan menulis lagi.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Kok Bisa Jatuh Hati pada Buku?

3 Maret 2019   21:27 Diperbarui: 8 Maret 2019   22:09 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kok bisa jatuh hati dengan buku (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Pada artikel Alasan Buku Jadi "Best Seller" dua bulan lalu, saya menuliskan jika dari sekian banyak koleksi buku yang saya punya di rumah Lembang, hanya enam buku saja yang dapat saya pastikan sudah dibaca sampai habis. Tapi kemudian, di hari ini saya sudah melahap tak kurang dari dua puluh buku dan dua puluh lainnya dibaca secara skimming. Jadi kurang lebih terdapat empat puluh buku berjajar rapi di atas lemari kost tempat tinggal saya di Jakarta, pasti akan bertambah kian banyak di kesempatan berikutnya.

Wah, hantu apa yang merasuki diri saya, kok tiba-tiba suka membaca?

Padahal tidak ada yang berubah dari rutinitas saya. Bekerja, membaca webtoon, menonton film-film korea, bersepeda, berseluncur di media sosial, berkumpul dengan teman-teman lama, mengunjungi sanak saudara, atau berbenah kost. Di sela-sela itu semua, tetap ada waktu bagi saya untuk "berkunjung ke toko buku" dan "membaca buku". Harus buku, bukan e-book.

Kenapa membaca buku?

Diceritakan pada suatu hari, manusia biasa terpaksa menjelma menjadi mahasiswa luar biasa karena diberi tenggat waktu hanya 10 hari untuk menyerahkan skripsi melangkah maju pada persidangan program sarjana. Lahlah... saya manusia biasa itu.

Intruksi itu datang manakala progres skripsi baru sampai revisi BAB 1 dan saya tengah asyik mengorganisir berbagai kegiatan BEM. Sontak saya mengambil keputusan untuk menjadi apatis sementara waktu, memutus hubungan dengan semua orang kecuali orangtua dan dosen pembimbing, mengunci rapat-rapat pintu kamar agar terhindar dari segala gangguan, mengakses internet untuk Google dan Gmail semata (bimbingan tanpa tatap muka), dan akhirnya skripsi selesai tersaji dalam lima hari, plus acc. Sedangkan lima hari sisa tenggat waktu saya gunakan untuk mengurus administrasi persidangan.

Di hari saya akhirnya menemui dosen pembimbing, ia mengatakan, "Kamu pasti suka membaca buku ya? Orang yang pandai menulis, pasti karena ia suka membaca buku. Saya sudah memperhatikan sejak lama, gaya tulisanmu tidak seperti mahasiswa yang menulis paper atau skripsi, sangat luwes."

Begitupun dosen penguji saya mengatakan jika saat membaca skripsi saya ia seperti membaca sebuah majalah atau tulisan fiksi.

Terang saya, "Tidak sama sekali, saya tidak suka membaca. Sama seperti mahasiswa lain, menulis adalah kebutuhan untuk menyelesaikan tugas."

Bahkan hingga dua bulan lalu, saya masih menjadi orang yang sama, tidak suka membaca buku. Saya baru saja tersadar akan kegemaran saya dan (mungkin) bakat saya dalam menulis, meski sekadar tulisan-tulisan ringan seperti ini. 

Saya sadar, saya suka menulis. Untuk menjadi lebih baik dalam menulis, saya harus memperkaya wawasan dan belajar dari sang ahli menulis, yakni dengan membaca sebanyak-banyaknya buku.

Mulanya membaca satu buku membutuhkan waktu satu minggu, kemudian menjadi lima hari, buku berikutnya tiga hari, bahkan kini hanya butuh satu hari untuk membaca habis sebuah buku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun