Mohon tunggu...
Ges Saleh
Ges Saleh Mohon Tunggu... Buruh - Menulis supaya tetap waras

Bercerita untuk menasihati diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Sahabat

16 September 2020   16:52 Diperbarui: 6 Oktober 2020   09:12 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selepas memimpin salat Subuh, Margio sengaja mendatangi Pak Haji Soleh. Dia bermaksud untuk meminta nasihat agar tobatnya diterima. “Jauhi lingkungan dan orang-orang yang bisa membawamu kembali kepada maksiat. Perbanyak bergaul dengan orang-orang baik,” kata Pak Haji Soleh.

Nasihat Pak Haji Soleh dijalankan betul-betul oleh Margio. Ia jadi sering ke masjid, berkumpul dengan Pak Haji dan para jamaah. Dia juga sudah berhenti dari pekerjaannya di pasar dan tak pernah lagi menghabiskan waktu bersama Slamet. Secara halus Margio mulai menjauh dari Slamet. Slamet mulai menyadari kalau ini adalah bagian dari rencana Margio untuk mendapatkan anak Pak Haji Soleh.

Slamet kecewa, ia merasa dikhianati. Persahabatan yang sudah bertahun-tahun itu dalam sekejap ia buang demi seorang wanita. Sejak saat itu, Slamet menaruh benci yang amat dalam pada Margio.

***
Tahun-tahun berlalu. Margio telah mengawini gadis pujaannya, punya anak darinya, dan tampaknya semua orang sudah lupa dengan Margio si preman pasar. Pak Haji Soleh, sang mertua, beberapa bulan lalu sudah berpulang, menghadap penciptanya. Dan Margio, belum kembali menjadi Margio yang dikenal Slamet. Margio masih bertingkah layaknya orang baik-baik. Mengumbar senyum dan salam pada siapa saja, bersedekah pada orang-orang miskin, dan sekarang ia didaulat menjadi imam masjid menggantikan mertuanya.

Slamet mulai ragu dengan prasangkanya pada Margio. Margio mungkin sudah benar-benar bertobat. Lahir menjadi pribadi baru setelah kematiannya yang singkat itu. Mustahil, pikir Slamet, Margio terlalu Margio untuk bisa jadi orang baik.

Slamet kembali menduga kalau ini adalah muslihat lain Margio untuk melenggang di bursa kepala desa. Ia pernah mendengar kalau lelaki punya tiga tujuan dalam hidup: Harta, tahta, dan wanita. Margio sudah mengawini wanita paling cantik yang ada di desa. Ia juga punya harta tak terhitung banyaknya dari warisan sang mertua. Margio pasti mengincar tahta kepala desa, jabatan tertinggi di antara warga, pikir Slamet. Slamet begitu yakin dengan deduksinya. 

Slamet kemudian tertawa sendiri dalam kamarnya. “Aku hanya perlu bersabar. Nanti kalau Margio sudah mendapatkan yang diinginkannya, dia akan mengetuk pintu rumahku. Kita akan bercerita sepanjang malam ditemani minuman keras dan mabuk termuntah-muntah seperti dulu. Bedanya, kami tak perlu lagi memalak pedagang pasar untuk membeli minuman. Iya, aku harus bersabar,” kata Slamet pada dirinya yang di balik cermin.

Tebakan Slamet terbukti benar, Margio dipilih jadi kepala desa. Para warga bersuka cita. Sang kepala desa baru diarak warganya dengan tabuhan rebana dan letusan kembang api.  Slamet juga tak kalah senang. Tinggal selangkah lagi sahabatnya itu akan datang padanya.

Pintu rumah Slamet diketuk orang malam itu. Setelah kedua orang tuanya mati, tidak ada lagi yang bertamu di rumahnya. Ini pasti Margio, pikir Slamet. Dugaannya benar. Orang yang ada di balik pintu adalah Margio, orang yang sudah dinantikannya.

Slamet mempersilakan Margio masuk ke dalam rumah. Wajahnya begitu riang, seperti anak-anak yang kedatangan mainan baru. Sudah lama ia tidak bertatap muka langsung dengan Margio. Slamet tidak ingat kalau wajah sahabatnya bisa sangat meneduhkan.

Dua sahabat itu memulai dengan basa-basi, dan seiring waktu mulai lepas kekakuan di antara mereka. Sesekali mereka tertawa saat membicarakan hal-hal konyol yang pernah mereka lakukan di masa lalu. Obrolan dua sahabat itu sangat menyenangkan, sampai Margio mengutarakan maksud sebenarnya menemui Slamet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun