Mohon tunggu...
Gentur Adiutama
Gentur Adiutama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pecinta bulutangkis dan pengagum kebudayaan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kiprah Rumah Makan Indonesia di Meksiko

4 Maret 2018   15:59 Diperbarui: 5 Maret 2018   17:25 2299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Papan Nama Warung Makan (dokumentasi pribadi)

Kuliner dari Meksiko sudah bukan lagi hal yang asing bagi masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di kota-kota besar. Makanan seperti tacos, tortillas, nachos, chilaquiles dan quesadillas mudah ditemukan di menu yang ditawarkan oleh restoran-restoran di pusat perbelanjaan dan hotel. Bahkan, kita juga bisa menikmati makanan tersebut sebagai jajanan yang dijual di beberapa food truck di pinggir jalan.

Lalu bagaimana dengan kuliner Indonesia? Apakah masyarakat di Meksiko juga mengenal makanan yang sehari-hari biasa kita konsumsi di Tanah Air? Hal inilah yang mendorong keingintahuan penulis saat diberi kesempatan berkunjung ke Meksiko untuk suatu tugas pekerjaan di akhir bulan Februari lalu.

Berdasarkan informasi yang penulis dapat dari rekan-rekan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Mexico City, terdapat setidaknya dua rumah makan yang menjual masakan Indonesia di negara yang terkenal dengan produksi telenovela tersebut. Mereka adalah Dapur Indonesia - Cozumel di Cancun dan Warung Makan di Mexico City.

Karena penulis hanya tinggal di Mexico City selama bertugas di Meksiko, maka Warung Makan adalah destinasi kuliner Indonesia yang dituju. Tidak susah menemukannya karena rumah makan ini terletak di pinggir jalan besar yaitu Calle Puebla. Lokasinya juga tidak jauh dari Chapultepec yang merupakan kawasan atraksi wisata budaya seperti aneka museum dan galeri.

Informasi menu di samping pintu masuk (dokumentasi pribadi).
Informasi menu di samping pintu masuk (dokumentasi pribadi).
Pintu masuk rumah makan ini memang tidak terlalu besar. Luas ruangannya juga sedang-sedang saja: tidak luas namun juga tidak bisa dikatakan sempit. Ada lima buah meja yang tertata rapi dengan empat buah kursi untuk masing-masing meja. Dengan demikian, kapasitas maksimal pengunjung dalam satu waktu adalah 20 orang. Pada saat penulis datang, kondisinya tidak ramai karena sudah lewat jam makan siang dan masih cukup lama menuju jam makan malam.

Suasana khas Indonesia sangat terasa kuat di Warung Makan. Dekorasi utamanya mengusung tema Bali dengan benda-benda seperti payung tradisional, kain prada, kain endek, kipas Bali, imitasi hiasan janur dan lukisan-lukisan penari Bali. 

Selain itu, juga ada beberapa ornamen dari bagian Indonesia lainnya seperti topeng Jawa, kain batik, dan wayang golek Sunda. Di dinding sisi lainnya, dipasang banyak plakat dan piagam penghargaan yang telah diraih oleh chef dan rumah makan tersebut.

Suasana di dalam Warung Makan (dokumentasi pribadi).
Suasana di dalam Warung Makan (dokumentasi pribadi).
Lalu siapa pemilik dan chef yang menjalankan operasional rumah makan Indonesia di Mexico City ini? Penulis beruntung bisa duduk berbincang-bincang dengan tiga orang penting di balik kiprah Warung Makan ini. Mereka adalah Eny Sulistyaningsih selaku pendiri sekaligus pemilik dan pasangan suami-istri I Wayan Sarifan dan Ida Ayu Eka Kusuma Dewi sebagai chef dan pengelola harian. 

Dari hasil ngobrol-ngobrol bersama mereka, penulis mendapat banyak informasi dan langsung dibuat kagum pada upaya mereka turut memperkenalkan kuliner Indonesia di Meksiko. Rasanya tidak berlebihan bila kita menyebut mereka sebagai para diplomat gastronomi Indonesia.

Penulis bersama Chef Wayan (dokumentasi pribadi).
Penulis bersama Chef Wayan (dokumentasi pribadi).
Warung Makan didirikan oleh Eny pada tanggal 21 Oktober 2013. Perempuan dari Solo, Jawa Tengah ini sudah menetap di Meksiko sejak tahun 2009. Pada mulanya ia sendiri yang mengurus rumah makan ini, dengan dibantu oleh beberapa orang teman. Menu favorit yang diusung adalah Rendang.

Seiring dengan kesibukannya yang bertambah karena mulai fokus pada usaha impor produk-produk dari Indonesia seperti makanan, tekstil dan kerajinan, Eny pun memutuskan untuk mengurangi waktunya di Warung Makan dalam satu tahun terakhir. Kebetulan juga saat itu ia bertemu dengan pasangan suami-istri dari Ubud, Bali yaitu Wayan dan Dayu.

Wayan adalah bagian dari tim masak dengan pengalaman di beberapa kapal pesiar dan perhotelan di Bali sebelum pindah ke Meksiko bersama sang istri untuk mencari pengalaman dan peluang rezeki yang lebih luas. Dengan latar belakang itu, maka Eny pun memercayakan Warung Makan untuk dikelola oleh Wayan dan Dayu sejak tanggal 15 September 2017.

Di tangan Wayan dan Dayu, pilihan menu di Warung Makan bertambah banyak. Selain menu-menu andalan sebelumnya seperti Rendang dan Nasi Goreng, kini juga ada menu Nasi Campur Bali, Ayam Tempe Geprek, Sate, Plencing Kangkung dan lain-lain. Keberagaman menu dinilai akan semakin menarik minat orang Meksiko untuk datang dan bersantap di Warung Makan.

Ayam Tempe Geprek, Plencing Kangkung, Ikan Goreng dan Gado-gado yang disajikan Warung Makan (dokumentasi pribadi).
Ayam Tempe Geprek, Plencing Kangkung, Ikan Goreng dan Gado-gado yang disajikan Warung Makan (dokumentasi pribadi).
Nasi goreng yang disajikan Warung Makan (dokumentasi pribadi)
Nasi goreng yang disajikan Warung Makan (dokumentasi pribadi)
Warung Makan mendapat sambutan yang sangat baik dari masyarakat setempat. Berdasarkan penuturan Dayu, selain diaspora Indonesia di Mexico City yang jumlahnya tidak banyak, pelanggan Warung Makan didominasi oleh warga asli Meksiko dan ekspatriat dari Belanda. 

Wayan menilai bahwa cita rasa masakan Indonesia cocok di lidah orang Meksiko yang memang suka masakan pedas berbumbu rempah-rempah. Sementara untuk para ekspatriat Belanda, makanan Indonesia dianggap tidak asing karena banyak ditemukan di negara asal mereka.

Untuk mempertahankan pelanggan agar tetap datang, Wayan dan Dayu pun berinovasi dengan membuat aneka macam sambal. Mulai dari sambal kecap, sambal terasi, sambal kacang hingga sambal matah khas Bali. Sambal dari Indonesia ternyata disukai oleh orang Meksiko karena rasa pedasnya berbeda dengan sambal salsa yang mereka punya.

Aneka sambal di Warung Makan (dokumentasi pribadi).
Aneka sambal di Warung Makan (dokumentasi pribadi).
Karena sambal adalah salah satu kekuatan dari Warung Makan, mereka pun rela mengeluarkan uang lebih untuk mengimpor beberapa bahan baku dari Indonesia agar rasanya tetap otentik. Disamping sambal, mereka menjual beberapa produk yang didatangkan langsung dari Indonesia seperti Teh Botol, Indomie dan bermacam jenis kerupuk. Selain itu, minuman dan hidangan penutup ala Indonesia seperti Kopi Luwak, Es Campur, Bubur Ketan Hitam, Bubur Mutiara Pandan dan Es Campur pun disajikan.

Warung Makan juga berkomitmen memberikan pelayanan yang membuat para tamu nyaman. Koneksi internet wifi di Warung Makan tergolong cepat dan bisa diakses oleh siapa saja dengan memasukkan password yang diinformasikan lewat tempelan di masing-masing meja. Sambil menikmati makanan Indonesia, para tamu juga akan dihibur dengan alunan musik khas Indonesia seperti musik rindik Bali, gending gamelan Jawa dan lagu-lagu tradisional lainnya.

Meskipun Eny, Wayan dan Dayu memiliki kemampuan berbahasa Spanyol yang baik, namun mereka tetap tidak ingin sampai ada kesalahan komunikasi dengan tamu-tamu dari warga lokal. Oleh karena itu, Eny mempekerjakan dua orang Meksiko sebagai pelayan. Mereka bisa membantu apabila ada istilah-istilah khusus yang susah disampaikan oleh Wayan dan Dayu saat menjelaskan makanan Indonesia yang sedang dipesan para tamu.

Salah satu sudut ruangan di Warung Makan (dokumentasi pribadi).
Salah satu sudut ruangan di Warung Makan (dokumentasi pribadi).
Eny, Wayan dan Dayu berharap, Warung Makan Indonesia dapat semakin diterima secara luas oleh warga Meksiko. Rumah makan yang buka setiap hari ini diharapkan juga bisa berperan dalam upaya memperkenalkan kuliner sebagai salah satu warisan budaya Indonesia.

Jadi, jangan hanya orang Indonesia saja yang hobi makan tacos dan nachos. Orang Meksiko juga harus keranjingan makan rendang atau ayam geprek.

Salam diplomasi budaya Indonesia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun